WISATA HATI

Satu hari menjelang Iedul Adha, aku membawa anak-anak berkunjung ke Panti Palamartha, di Cibadak Sukabumi. Ini adalah panti sosial khusus untuk memulihkan orang-orang yang punya gangguan jiwa, agar mereka dapat hidup dalam lingkungan masyarakat kembali. Meskipun tidak sesempurna sebelumnya, paling tidak inilah upaya normalisasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Ba'da subuh kami ber-8, berangkat dari Serang. Karena menjelang Iedul Adha sudah banyak yang libur, maka perjalanan kami lancar-carrrrr, pukul 08.00 pagi sudah tiba di Ciawi Bogor.  Berharap perjalanan Ciawi - Sukabumi akan selancar Serang - Ciawi, sambil bernyanyi dan bersiul adik ku nyetir. Ups! ternyata tak selancar air sungai cirata, ada jembatan jeblos, maka jalan menjadi buka tutup dan ngantri. Maceeeettt! anak-anak mulai gelisah dan ribut, ada yang pengen pipis, ada yang capek. Akhirnya kami sepakat nyari mesjid, untuk sholat "Duha" dan pipis sekalian.

Sebuah mesjid cukup besar di daerah Caringin, dengan cat hijau tua, di sanalah ress area kami pagi itu. Anak-anak senang, berlarian mencari toilet untuk pipis. Di tempat berwudu mereka rame-rame berwudu, menikmati jernih dan dinginnya air kran mesjid. Selama aku sholat, ternyata anak-anak asyik melihat sapi qurban di depan mesjid. Mereka tertawa-tawa melihat sapi buang air besar dan kecil, sambil menggoda sapi. "Eh sapi kamu besok mau dipotong ya?" ponakanku yang paling kecil bertanya pada sapi. Terus sapi menjawabnya dengan "moooohhh!" ponakanku ber-6 grrrr tertawa senang. Ponakanku nanggepin " kamu gak mau dipotong ya?" terus sapi menjawab dengan mengibas-ngibas ekornya, yang membuat anak-anak "grrrrrrrr" tertawa serentak, dan melupakan jalanan yang macet.

Setelah beberapa menit menemani mereka menggoda sapi, ayo anak-anak kita lanjutkan perjalanan kita, masih jauh nih, yang disambut serentak oleh mereka ayooo, sambil berlarian dan berdesakan masuk mobil kembali. Dasar anak-anak, segalanya serba cepat berlalu, senang, susah bagi mereka sama saja, semuanya berjudul permainan belaka hahahaha.

Karena perjalanan masih jauh aku mampir dulu ke Indomart untuk membeli satu dus air mineral. Syika ponakanku yang paling kecil merengek minta ikut masuk Indomart, kata abi nya jangan kaka, hanya sebentar koq, ntar airnya dibawakan pedagangnya ke mobil. Rupanya selama aku di Indomart Syika tidak menyerah, dia bilang ke abi dan kaka-kaka nya "Syika mau ke luar, gak mau dalam mobil, Syika gak suka ada ac nya capek" alah bilang aja Syika mau ikut uwa ke Indomart, mau minta jajan kan? goda Uthi, kakanya Syika. Spontan Syika menjawab "koq Uthi tahu sih"? grrrrrr yang lainnya tertawa, Syika cuek aja dengan polosnya, hahahahaha. Syika emang lucu dasar  pemilik MK #Se

Karena perjalanan macet dan masih jauh, aku biar kan saja mereka bermain, bercanda sesukanya di dalam mobil, aku fikir biar mereka gak bete. Tiba-tiba Syika menangis, memanggil umi....umi....umi, sakit. Kaka kenapa? aku bertanya kaget "sakit" dia menjawab sambil memegangi tangannya. Aku ambil dia, lalu memangkunya, sambil mengusap-ngusap tangan nya, tidak lama kemudian dia tertidur, dan melupakan sakitnya.

Tiba lah kami di halaman yayasan Palamartha, aku bangunkan Syika pelan-pelan, sambil bingung dia bertanya padaku "kita ada di mana wa?" kita sudah sampe sayang, jawabku, sambil meminta dia turun dari pangkuanku. Aku temui penjaga, dan mengatakan bahwa kami akan membesuk "pak Ii". Tunggu sebentar ya bu, silahkan masuk ruang tamu saja, penjaga mempersilahkan kami untuk menunggu. Anak-anak sudah berlarian masuk ruangan tunggu tamu, sambil lompat dan berebut ngomong, ngomentarin semua hal, anak-anak sungguh luar biasa, tidak ada kedukaan yang tersisa, tidak ada kegembiraan yang tertunda. Subhanallah...............

Yang ditunggu tiba, bapak Ii dengan senyum lebarnya menyapa satu persatu anaknya, menyalami dan menciuminya satu persatu "Ayu, Putri, Iqbal dan Rehan". Uthi dan Syika masih berdiri sambil memperhatikan adegan itu, sampai bapak Ii selesai dengan anak-anaknya. Uthi! Syika! ayo salam sama wa Ii, aku mengingatkan mereka berdua. Uthi maju menyalami uwa nya, Syika tidak mau, sambil naik ke sofa tamu. Sini salam sama uwa, kata pak Ii, "gak mau" Syika menjawab sambil menaruh kedua tangannya di belakang. Hehehehehehe, wa Ii tertawa sambil mencubit gemes pipi Syika, lucu banget anak ini!

Anak-anak membawa turun semua perbekalan, uli basah dan makanan kecil, selanjutnya rame-rame hiruk pikuk makan rame-rame, sambil sesekali bercanda, saling menggoda. Selalu sangat menyenengkan melihat bapak Ii bisa bergembira bersama anak-anaknya. Membuat aku melupakan perjalanan panjang dari Serang ke Sukabumi, dengan segala kemacetan dan semua persoalannya. Alhamdulillah ya Allah, terima kasih atas segala kebaikan MU. 

Di tengah-tengah mereka sedang makan-makan, tiba-tiba seorang perempuan dewasa merengek "bu minta uang untuk beli kopi" sambil memaksa dan pura-pura nagis kaya anak kecil. Syika dan Uthi, serentak berlari ke pangkuanku, uwa takuuut!, dan langsung disambut tertawa oleh Ayu, Putri, Iqbal dan Rehan. Maklum Uthi dan Syika baru pertama aku ajak menengok pak Ii, sementara yang lainnya udah yang ketiga kalinya, melihat pemandangan ini sudah tidak asing. 

Di Panti ini ada sekitar 200 orang dewasa yang sedang menjalani perawatan pemulihan mental. Setiap ada orang besuk mereka selalu bergerombol datang, meminta jajan pada tamu yang besuk, tidak banyak yang mereka minta, hanya 2.000 rupiah saja. Biasanya aku membiarkan anak-anak untuk memberikan uang atau makanan, berkomunikasi dengan kawan-kawan bapak Ii. Aku fikir ini baik untuk mental mereka, agar mereka tahu bahwa bapak Ii bukan satu-satunya orang yang mengalami gangguan jiwa. Mereka juga harus membiasakan diri, bahwa bagaimana pun keadaan orang di sekitar mereka, mereka harus memperlakukannya biasa, sama sebagaimana layaknya yang lain.

Ii adalah adik ku nomor tiga, sudah 14 tahun mengalami gangguan mental, sejak dia berusia 20 tahun, ketika dia menjadi mahasiswa di sebuah universitas swasta di Solo - Jawa Tengah. Dia aktivis mahasiswa pada zaman represif Orde Baru. Bermula dari keterlibatan dia dalam pemilihan rektor baru di kampusnya. Saat itu rektor bisa ditunjuk oleh presiden, tapi ada juga orang yang dipilih oleh masyarakat kampus yang bersangkutan. Ii termasuk orang yang mendukung calon rektor pilihan kampus, yang tentunya dianggap oposisi oleh penguasa waktu itu. Persisnya seperti apa kejadian yang menimpa dia karena ktivitasnya itu, keluarga tidak ada yang tahu. Ada yang bilang dia pernah hilang beberapa hari, ada yang bilang dia sering diteror dan diancam orang yang tidak dikenal. Yang jelas dia mengalami dipressi berat, dan akhirnya inilah yang terjadi. Selama 14 tahun dia mengalami gangguan halusinasi, yang seringkali membahayakan orang-orang di sekitarnya. Termasuk bapak, ibu dan juga anak-anaknya. Untuk alasan itulah maka kami menitipkan dia di Palamartha, yang berada puluhan kilometer, jauhnya dari rumah kami di Pandeglang.

Selepas sholat dzuhur berjamaah di yayasan, kami pamit pulang kepada bapak Ii, sambil memeluknya aku meminta dia untuk bersabar dan terus belajar, agar suatu saat nanti bisa pulang ke rumah untuk mengurus anak-anaknya. Pesan ini selalu aku sampaikan menjelang pulang, setiap aku membesuknya. Aku semangati terus dia dengan cerita sukses yang diraih anak-anaknya di sekolah. Ayu, Putri, Iqbal adalah anak-anak malang yang berprestasi, sementara Rehan baru saja masuk sekolah kelas satu. Empat orang anak menunggu pak Ii di rumah, empat orang anak yang terpaksa tinggal dengan nenek dan kakek yang sudah berusia 90 tahunan, lantaran ibu nya pergi meninggalkan mereka. Sementara pak Ii masih harus dipulihkan kondisi mentalnya.

Inilah "Wisata Hati" untuk anak-anak menjelang Iedul Adha, dan inilah "Wisata Hati" terpanjang untuk keluarga ku, menunggu Ii kembali dari wisata panjangnya, menelusuri lorong panjang dalam kegelapan hati dan fikirannya. Menjalani pengembaraan panjang, tanpa batas.

Ya Robb, semua hal yang baik dan yang buruk berasal dari Engkau, hanya Engkau yang kuasa mengahirinya. Kami akan sangat bersyukur dan berbahagia, jika Engkau berkenan mengakhiri penderitaan panjang Ii, sekarang juga.
Amien.

Tangerang, 21 Oktober 2013

Tidak ada komentar: