Negarawan yang Menulis

Mohammad Hatta

Setelah kemerdekaan, Hatta lebih bertindak sebagai seorang "administratur", yang mencoba menerapkan pengalaman akademisnya yang luas ke alam nyata. Dia terlibat dalam penyusunan konstitusi dan menyumbangkan beberapa pasal penting, seperti "hak berkumpul dan berserikat" dan "penguasaan negara atas sumber daya alam", yang dua-duanya mencerminkan kepeduliannya pada kedaulatan rakyat serta kehidupan ekonomi mereka.

Memenuhi sumpahnya hanya kawin setelah Indonesia merdeka, dia melamar Rachmi Rahim pada November 1945. Hatta menghadiahi calon istrinya emas kawin yang tidak akan dipikirkan orang lain: buku "Alam Pikiran Yunani" yang ditulisnya sendiri.

Pada awal kemerdekaan itu Hatta juga terlibat dalam pergulatan politik yang diwarnai perpecahan di kalangan pendiri negara. Terpaksa menjadi perdana menteri setelah beberapa kali kabinet jatuh-bangun, Hatta harus menghadapi soal rumit: pemberontakan Madiun, agresi Belanda, diplomasi untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia, dan pembentukan tentara nasional.

Namun, di sela-sela kesibukannya, dia masih menulis artikel ataupun buku. Topik perhatiannya sangat luas, dari politik, koperasi dan perbankan, hingga tentang Islam dan demokrasi. Dia setidaknya dua kali menulis di Foreign Affairs, sebuah jurnal prestisius international tentang kebijakan luar negeri. Di situlah Hatta menyodorkan konsep politik luar negeri yang "bebas dan aktif", yang diadopsi pemerintah Indonesia hingga kini.

Ketika wafat pada tahun 1980, Hatta meninggalkan "30 ribu judul buku" dalam perpustakaan peribadi, sebagai warisannya yang termahal. Integritas dan kesederhanaan hidup menjadikannya mutiara yang langka di antara deretan pemimpin Indonesia masa kini maupun lampau. Tapi dia lebih langka lagi sebagai negarawan yang menulis.

"Perubahan nama itu menunjukan meningkatnya keberanian para aktivis untuk menggunakan kata Indonesia sebagai nama organisasi" 

Bilderdikjstraat letaknya tak jauh dari kampus Universitas Leiden. Berawal dari pertemuan-pertemuan kecil di tempat itulah Perhimpunan Indonesia berdiri. Mula-mula bernama Indische Vereeniging, lalu Indonesische Vereeniging sebelum beralih nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Perubahan nama itu menunjukkan meningkatnya keberanian para aktivis untuk menggunakan kata Indonesia sebagai nama organisasi.

 Selain menjalin gerakan, mereka juga menerbitkan banyak publikasi. Satu di antaranya Gedenkboek Indonesische Vereeniging - buku yang terbit pada April 1924, seiring dengan ulang tahun organisasi itu. "Aku masih sempat membuat karangan untuk buku peringatan itu dalam bahasa Melayu. Judulnya, 'Indonesia di Tengah-Tengah Revolusi Adia'," kenang Hatta. Terbitnya buku itu disambut oleh kritik keras pers Belanda. Mereka menuduh de Inlandsche stidenten telah dihinggapi semangat revolusioner yang sudah dikikis.

" Is Hatta Marxist?" 

Tahun 1938. Setumpuk majalah Sin Tit Po yang dipesan Mohammad Hatta tiba di Banda. 

Hatta terkesiap. Sebuah karangan dengan judul provokatif, Is Hatta Marxist, dimuat bersambung di edisi April dan Mei. Penulisnya: Mevrow Vodegel Sumarah. Alamatnya: Besancon, Prancis.

Artikel itu menyerang tulisan Hatta: Enige Grondtrekken van de Economische Wereldbouw ("Segi-Segi Utama Ekonomi Dunia"), yang dimuat di Sin Tit Po edisi 6, 7, 8 dan 9. Hatta yakin Mevrow Sumarah adalah nama samaran. Ia curiga sang pengarang berdomisili di Jawa. Ia lalu membalas dengan risalah berjudul Marxisme of Epigonenwijsheid? ("Marxisme atau Kearifan Sang Epigon?")

Itulah Hatta sang pemikir. Dalam pembuangan pun ia berpolemik.

Enam puluh empat tahun silam, di Banda, dalam rangka kursus, Hatta menulis risalah tentang teori Marx. Kritiknya terhadap Marx: Marx tak memperhitungkan munculnya banyak faktor irasionalitas dalam masyarakat. Buruh yang dibelanya, dalam kasus Jerman, malah mendukung fasisme dan menindas kelas mereka sendiri. Irasionalitas memang ada di mana-mana.

"Hatta yakin partai-partai nasionalis justru akan menjadi kuat dengan saling bersaing dalam ide dan program" 
  
Hatta adalah pengkritik paling tajam sekaligus sahabat hingga akhir hayat Soekarno.

Dalam banyak hal perbedaan dua tokoh yang dikenal sebagai Dwitunggal ini memang sejauh bumi dan langit. Keduanya sering tak sejalur dalam pandangan politik ataupun cara perjuangan.

Perbedaan itu, menurut Mavis Rose dalam bukunya Indonesia Merdeka: Biografi Politik Mohammad Hatta, telah tampak pada periode 1920-an. Soekarno dan kelompok studi umum kerap bersebrangan pendapat dengan kelompok eks Perhimpunan Indonesia Belanda, tempat Hatta terhimpun di dalamnya, terutama soal konsep pembentukan partai dan keanggotaannya. Soekarno lebih suka cara-cara penggalangan kekuatan massa, sedangkan Hatta-Sjahrir percaya pendidikan dan kaderisasilah yang harus diutamakan.

Bagimana mereka memandang persatuan, menurut John Ingleson (Jalan ke Pengasingan), juga kontras. Hatta tak dapat menerima pendirian Soekarno bahwa semua pokok pertengkaran partai harus disingkirkan. Hatta yakin partai-partai nasionalis justru akan menjadi kuat dengan saling bersaing dalam ide dan program.

"Janganlah kita memberikan kekuasaan yang tidak terbatas kepada negara untuk menjadikan di atas negara baru itu suatu negara kekuasaan."

Pada tanggal 15 Juli 1945, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang bersidang di Pejambon, terlibat dalam debat panas (lihat Risalah Sidang BPUPKI, SetNeg R.I. 1992); Haruskah kebebasan-kebebasan demokratis - hak menyatakan pikiran dan pendapat secara lisan dan tertulis, hak berkumpul dan hak berserikat - ditetapkan dalam undang-undang dasar atau tidak? Soekarno (dan Supomo) dengan gigih menolak, sedangkan Hatta (Muhammad Yamin, dan lain-lain) mendukung.

Menarik sekali melihat argumentasi masing-masing. Soekarno mendasarkan penolakannya pada dua argumen. Pertama, menyatakan bahwa warga negara secara individual memiliki hak-hak dasar tertentu sama dengan membuka pintu bagi individualisme: "Kita rancangkan UUD dengan kedaulatan rakyat dan bukan kedaulatan individu" (Risalah 207). Kedua, menurut Soekarno, rakyat memerlukan keadilan sosial, padahal kebebasan-kebebasan itu "tidak dapat mengisi perut orang yang hendak mati kelaparan".

Mohammad Hatta pun menolak liberalisme. Tetapi ia mengajukan suatu kekhawatiran yang rupa-rupanya di luar bayangan Soekarno. Hatta: "Janganlah kita memberikan kekuasaan yang tidak terbatas kepada negara untuk menjadikan di atas negara baru itu suatu negara kekuasaan" (Risalah 209). Hatta mengkhawatirkan munculnya negara kekuasaan. Soekarno tidak menanggapi kekhawatiran Hatta ini. Apakah karena ia tidak dapat membayangkan bahwa sesudah kaum kolonialis diusir, para pemimpin Indonesia sendiri bisa menjadi diktator dan penindas?. 

"Agar perut rakyat terisi, kedaulatan rakyat perlu ditegakan. Rakyat hampir selalu lapar bukan karena panen buruk atau alam miskin, melainkan karena rakyat tidak berdaya."
  
Hatta tidak mau mempertentangkan keadilan sosial dengan hak-hak demokratis. Dalam sebuah pidato di Aceh (1970), ia menulis: "Apakah yang dimaksud dengan Indonesia yang adil? Indonesia yang adil maksudnya tak lain daripada memberikan perasaan kepada seluruh rakyat bahwa ia dalam segala segi penghidupannya diperlakukan secara adil dengan tiada dibeda-bedakan sebagai warga negara. Itu akan berlaku apabila pemerintahan negara dari atas sampai ke bawah berdasarkan kedaulatan rakyat."

Hatta di sini menyadari sesuatu yang amat penting: Keadilan sosial, dan sebagai akibatnya, kesejahteraan rakyat, justru mengandaikan kedaulatan rakyat. Agar perut rakyat terisi, kedaulatan rakyat perlu ditegakan. Rakyat hampir selalu lapar bukan karena panen buruk atau alam miskin, melainkan karena rakyat tidak berdaya.

Menolak pemastian hak rakyat untuk menyuarakan sendiri apa yang dibutuhkan dan diharapkannya akan menghabiskan "negara penyelenggara" ala Orde Baru, ketika rakyat disuruh dengan diam menerima penyelenggaraan kesejahteraannya oleh elite dari atas yang tanpa mengenal malu memanfaatkan ketidakberdayaan rakyat untuk mengalihkan semakin banyak dari hasil kerja sosial ke dalam kantong mereka sendiri.

"Bicara tentang "demokrasi aseli" Indonesia bisa melegitimasi bentuk kedaulatan rakyat di mana rakyat lagi-lagi tidak berdaulat"
  
Topik "kolektivisme" masyarakat Indonesia, "demokrasi aseli Indonesia" atau "demokrasi desa" sering menjadi acuan para pendiri Republik. Adalah Hatta yang, berhadapan dengan pelbagai kedangkalan yang lazim didengung-dengungkan, merincikan dengan jernih apa yang dimaksud. Ia memakai istilah "demokrasi desa", tetapi (dalam Demokrasi Asli Indonesia dan Kedaulatan Rakyat) ia menolak omongan tentang "demokrasi asli Indonesia" sebagai "semboyan kosong tidak berisi."

Distingsi itu penting. Istilah "demokrasi aseli" bisa memberi kesan seakan-akan di wilayah Nusantara sejak dulu ada sistem pemerintahan demokratis. Tetapi struktur kekuasaan tradisional di Nusantara tentu selalu feodal dan otokratis, dan rakyat hanya dipakai demi kepentingan raja. Hatta sangat anti feodalisme. Ia mempersalahkan "kaum ningrat" atas penegakan kekuasaan kolonialisme. Dan ia sangat khawatir jangan sampai "kalau Indonesia sampai merdeka! Implikasinya: Bicara tentang "demokrasi aseli" bisa melegitimasi bentuk kedaulatan rakyat di mana rakyat lagi-lagi tidak berdaulat.

Lain halnya "demokrasi desa". Demokrasi itu merupakan kenyataan dalam lingkungan komunal desa. Demokrasi desa terdiri atas tiga hal: "Musyawarat dan mufakat", "hak rakyat" untuk mengadakan "protes", dan "cita-cita tolong-menolong". Demokrasi desa itu bagi Hatta bukan sebuah model negara demokratis seakan-akan daripadanya bisa dibangun demokrasi yang lain daripada "demokrasi Barat". Melainkan demokrasi desa merupakan medan latihan untuk mengembangkan sikap-sikap d  emokratis. Di situ rakyat sudah bisa mengambil keputusan bersama, berkompromi, berdebat, dan akhirnya mendukung mufakat bersama, untuk mengembangkan sikap-sikap yang memang diperlukan dalam demokrasi modern.

"Apabila perekonomian dikuasai oleh sebuah minoritas, para pemilik modal, bagaimana rakyat dapat betul-betul berdaulat?"

Apakah kedaulatan rakyat bagi Hatta terwujud dalam "demokrasi Barat"? Ya dan tidak. Ya dalam pengertian politik. Yang menjadi masalah adalah bahwa Barat membatasi kedaulatan rakyat pada dimensi politik. Namun Hatta menegaskan bahwa rakyat tidak akan berdaulat betul-betul kecuali juga berdaulat dalam bidang ekonomi. Di sini terletak keterbatasan paham kedaulatan rakyat di Barat.

Apabila perekonomian dikuasai oleh sebuah minoritas, para pemilik modal, bagaimana rakyat dapat betul-betul berdaulat? Inilah kritik paling mendasar Hatta terhadap pengertian masyarakat demokratis di Barat. Dan meskipun sampai hari ini, apalagi dengan keambrukan semua sitem sosialisme, pengertian "demokrasi ekonomi" tetap belum dapat dibumikan, siapa yang dapat menyangkal bahwa kritik Hatta tersebut mengenai sebuah masalah dan tantangan terbesar bukan hanya bagi Indonesia, melainkan, memang, bagi segenap masyarakat yang betul-betul mau demokratis?

(Bung Hatta dan Demokrasi, Franz Magnis-Suseno, S.J.)
TEMPO, 18 Agustus 2002

 
 

KEMERDEKAAN, DEMOKRASI DAN KEADILAN SOSIAL

"Penggalan Riwayat dan Pemikiran Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, 
dan Tan Malaka"


Di sinilah letak penting untuk belajar, pada sejarah. Dari Hatta, kita bisa belajar bagaimana cara mendayung di antara Islam dan sosialisme.

Membaca Sjahrir, kita bisa belajar mengenai taktik diplomasi luar negeri.

Dari Tan Malaka, kita bisa meneguhkan keyakinan tentang kemerdekaan seratus persen.

Dari mereka semuanya kita bisa belajar bagaimana menjadi manusia Indonesia yang bermartabat tulus dan ikhlas. Suara-suara mereka meski ditulis dari pengasingan-pengasingan dan penjara mampu selalu membangkitkan arah hidup kita.

Kini kita memasuki era pertarungan "Globalisasi". Dunia telah menjadi flat dan saling terkait satu sama lain. Problem yang meledak di sebuah bangsa bisa bagai kartu domino yang rubuh mengenai bangsa lain. Justru di tengah hiruk pikuk ini, erudisi Hatta, Sjahrir, Tan Malaka belum usang.

Tugas kita adalah melanjutkan fantasi mereka dengan gairah menyala.

Catatan dari sebuah seminar pada tahun 2010, di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat 



DARI CATATAN MAY DAY 2013, BURUH PEREMPUAN BEKASI

"JIKA MENUNTUT HAK DIANGGAP MEMBERONTAK, BIARLAH SEJARAH MENCATATATKAN, BAHWA KAMI PEMBERONTAK"

by : Verawaty


Siapa yang tahu, betapa lelahnya kami ?
Siapa yang dapat merasakan, betapa sakitnya hati kami?
Kami tidak pernah menyesali, akan jalan hidup kami
Kami tidak pernah menyalahkan takdir kami

Tapi ..............
Apakah kami salah, jika ingin hidup selayak pengusaha?
Kami tidak pernah berhitung dengan waktu yang kami beri untuk pekerjaan
Kami juga tidak pernah berhitung dengan waktu, yang kami berikan secara cuma-cuma untuk pengusaha

Tapi ............
Apakah pernah kami peroleh, apa yang harusnya kami dapat secara cuma-cuma?
Kami hidup di negeri sendiri, tetapi mengapa kami harus menjadi budak?
Masih terjajahkah kami ?
Kami harus berteriak, kami harus berontak untuk mendapatkan yang menjadi hak kami
Kami tinggalkan satu kaki kami untuk pekerjaan di rumah
Sementara kaki lainnya, berjalan meninggalkan anak-anak kami di rumah

Kami buruh perempuan,
Ruangan gedung dan mesin-mesin jahit, merupakan saksi bisu
Pukul berapa kami sudah harus mengayunkan kaki kami, sebelum jam kerja dimulai
Bagaimana caci maki dan sumpah serapah, berhamburan, mencabik-cabik hati kami
Karena mereka tidak pernah puas dengan hasil kerja kami
Bahkan keringat kami pun tidak pernah dihargai
Loyalitas kami sebagai buruh, sudah melampaui batas
Tidak pernah terbalas dengan loyalitas pengusaha, bahkan upah lembur kami tidak dibayar

Bahkan ...............
Upah Minimum kami saja, ditangguhkan
Dan kami kembali harus berteriak, mana hak kami?! mana hak kami?!!
Kami berlindung di bawah payung Undang-undang
Tetapi mengapa hukum dan keadilan dapat dibutakan, dengan uang 
Harus kemana lagi kami pergi, mencari keadilan di negeri sendiri

Wahai pengusaha ................
Kami akan datang bersama tekad kami
Kami akan datang untuk memenuhi janji kami, bahwa
Tidak akan ada lagi penindasan bagi "Buruh Perempuan"

Kami ingin merdekaaaa!!!!

Bekasi, May Day 2013 

Upil

Upil, setahu ku itu merupakan ingus kering yang suka memadati dan menyumbat lubang hidung. Biasanya dinikmati orang, kalau sedang ngupil, gak percaya? coba aja perhatikan, jika di kiri kananmu ada orang sedang asik ngupil, hiiiy.

Aku selalu pengen muntah kalau melihat orang sedang ngupil, isi perutku seperti mau keluar semua, mulutku tiba-tiba saja dipenuhi cairan yang ingin aku muntahkan. Aku tidak ingat lagi, sejak kapan aku merasa seperti itu? karena aku yakin, waktu kecil aku juga tukang ngupil hehehehe.

Pagi ini sepanjang perjalanan, kurang lebih 40 km aku harus menahan diri untuk tidak muntah. Saking mualnya, kepalaku jadi pening tidak terkira. Seorang ibu sepuh, yang duduk di sampingku, penjual makanan kering, sambil memegangi uang kertas, dia asik ngupil. Setiap mendapatkan upil, dia asik memilin-milinnya, baru kemudian membuangnya. Oeeeek...oeeek, rasa mual menjejali lambungku. Aduh! tiba-tiba aku mules........

Uang kertas dua ribuan, seribuan dan sepuluh ribuan, tetep digenggamannya, sementara satu telunjuknya terus saja ngurek-ngurek upil, memilin-milinnya lalu membuangnya, berulangkali, tanpa merasa risih, apalagi bersalah (emang ngupil gak salah sama sekali, bukan?) hahahaha.

Menurutku "ngupil" itu tidak salah, tapi kalau dilakukan di depan umum, kesannya tidak sopan dan merusak pemandangan. Orang secantik atau seganteng apap pun, kalau sedang ngupil di area publik, jadi kehilangan aura kecantikan dan kegantengannya.

Mengatasi "upil" sangat mudah, lakukan pembersihan upil setelah mandi pagi, dengan kapas, sampai yakin lubang hidungnya bersih sebersih-bersihnya, dari sisa ingus, yang biasanya dibuang pada saat mandi. Dengan demikian kita tidak akan mempunyai upil dalam lubang hidung bukan? sehingga pada saat keluar dari rumah, untuk melaksanakan aktifitas dan berbaur dengan halayak ramai, tidak perlu lagi melakukan aktifitas "ngupil" hehehe.

"Upil" oh upil, kamu adalah sisa kotoran hidung, ingus yang mengering, memadati lubang hidung.

"Upil" oh upil, kamu adalah kotoran yang membuat orang memiliki keasikan dan kesenangan, menggunakan jari telunjuk, mengorek-ngorek, memilin-milin, meskipun pada akhirnya kau dibuang.

"Ngupil" di depan publik, sungguh kurang sopan, dan dapat mengurangi aura cantik atau ganteng seseorang. Dan yang pasti, membuat aku mual dan pengen muntah.

Hueeek! hueeek! hueeek!
"Upiiiiilllll!"

Jakarta, 22 Oktober 2013

 

"Karena Syika Lucu"

Setelah pamitan ke bapak Ii, acara berikutnya nyari tempat makan. Waktu sudah menunjukan pukul 13.00 siang, anak-anak sudah resah karena laper.

Adik ku memilih "Restoran Apung di Lido" tempat makan siang dengan anak-anak. Tempatnya lumayan nyaman, karena di danau, letaknya di Cicaringin Bogor. Anak-anak langsung buyar, berlarian mencari tempat yang paling menarik untuk bermain.

Restoran sangat ramai pengunjung, karena banyak yang liburan panjang Iedul Adha. Kebanyak tamu berkebangsaan Timur Tengah, dan ada beberapa orang "bule" kata anak-anak hehehe.

Syika si Sensing extropert (Se), berlarian ke seluruh penjuru, untuk melihat sebanyak mungkin area yang bisa dia jangkau. Aku sangat cemas, khawatir dia nyemplung. Menurut penjaga, danau itu dalamnya 8 meter, gak kebayang kalau salah satu dari 6 keponakanku ada yang nyemplung, hiiiiiiiy serem.

Pesanan tiba! teriak ku pada anak-anak, waktunya makan! horeeeee, semua senang. Dua ekor gurame bakar, lalapan, sambel, tahu goreng dan dua bakul nasi panas, lenyap hanya dalam hitungan menit. Rupanya mereka sudah sangat laper berat, hehehe.

Selesai makan dan istirahat, kami lanjutkan perjalanan untuk pulang lebih cepat. Khawatir macet, karena sore itu menjelang takbiran Iedul Adha. Anak-anak sangat senang, bernyanyi dan bercanda.

Sepanjang jalan Syika bercerita tentang orang Arab yang dia temui di tempat makan. "Syika sebel sama orang Arab wa", kenapa? tanyaku. "Syika tadi dicubiti pipinya, terus ditoel-toel juga", orang Arab gemes kali sama Syika, abis gak mau diem sih berlarian melulu, kata ku mencoba mengira-ngira alasan kenapa orang Arab nyubit pipinya.

"Bukan uwa, dia gak gemes sama Syika" terus kenapa mereka nyubit pipi Syika, jawabku. "Soalnya Syika lucu uwa", hahahahaha, aku dan abi serta seluruh kakanya tertawa ngakak, serentak. Penjelasan yang di luar dugaan. Mendengar kami tertawa semua, Syika cuman senyum-senyum menggemaskan dan narziss gitu deh.

Syika...Syika, emang kamu lucu banget deh. Rupanya bagi Syika gemes itu identik dengan rasa tidak suka, sedangkan "lucu" itu identik dengan menggemaskan, hahahaha.
 
Bapak Ii, pamer jempol
Mengenang bagian yang paling menyenangkan dalam perjalanan "Wisata Hati", sehari menjelang Iedul Adha, menemui bapak Ii di "Yayasan Palamartha" Cibadak, Sukabumi. Hmmmmmmm

Jakarta, 21 Oktober 2013

 
 

WISATA HATI

Satu hari menjelang Iedul Adha, aku membawa anak-anak berkunjung ke Panti Palamartha, di Cibadak Sukabumi. Ini adalah panti sosial khusus untuk memulihkan orang-orang yang punya gangguan jiwa, agar mereka dapat hidup dalam lingkungan masyarakat kembali. Meskipun tidak sesempurna sebelumnya, paling tidak inilah upaya normalisasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Ba'da subuh kami ber-8, berangkat dari Serang. Karena menjelang Iedul Adha sudah banyak yang libur, maka perjalanan kami lancar-carrrrr, pukul 08.00 pagi sudah tiba di Ciawi Bogor.  Berharap perjalanan Ciawi - Sukabumi akan selancar Serang - Ciawi, sambil bernyanyi dan bersiul adik ku nyetir. Ups! ternyata tak selancar air sungai cirata, ada jembatan jeblos, maka jalan menjadi buka tutup dan ngantri. Maceeeettt! anak-anak mulai gelisah dan ribut, ada yang pengen pipis, ada yang capek. Akhirnya kami sepakat nyari mesjid, untuk sholat "Duha" dan pipis sekalian.

Sebuah mesjid cukup besar di daerah Caringin, dengan cat hijau tua, di sanalah ress area kami pagi itu. Anak-anak senang, berlarian mencari toilet untuk pipis. Di tempat berwudu mereka rame-rame berwudu, menikmati jernih dan dinginnya air kran mesjid. Selama aku sholat, ternyata anak-anak asyik melihat sapi qurban di depan mesjid. Mereka tertawa-tawa melihat sapi buang air besar dan kecil, sambil menggoda sapi. "Eh sapi kamu besok mau dipotong ya?" ponakanku yang paling kecil bertanya pada sapi. Terus sapi menjawabnya dengan "moooohhh!" ponakanku ber-6 grrrr tertawa senang. Ponakanku nanggepin " kamu gak mau dipotong ya?" terus sapi menjawab dengan mengibas-ngibas ekornya, yang membuat anak-anak "grrrrrrrr" tertawa serentak, dan melupakan jalanan yang macet.

Setelah beberapa menit menemani mereka menggoda sapi, ayo anak-anak kita lanjutkan perjalanan kita, masih jauh nih, yang disambut serentak oleh mereka ayooo, sambil berlarian dan berdesakan masuk mobil kembali. Dasar anak-anak, segalanya serba cepat berlalu, senang, susah bagi mereka sama saja, semuanya berjudul permainan belaka hahahaha.

Karena perjalanan masih jauh aku mampir dulu ke Indomart untuk membeli satu dus air mineral. Syika ponakanku yang paling kecil merengek minta ikut masuk Indomart, kata abi nya jangan kaka, hanya sebentar koq, ntar airnya dibawakan pedagangnya ke mobil. Rupanya selama aku di Indomart Syika tidak menyerah, dia bilang ke abi dan kaka-kaka nya "Syika mau ke luar, gak mau dalam mobil, Syika gak suka ada ac nya capek" alah bilang aja Syika mau ikut uwa ke Indomart, mau minta jajan kan? goda Uthi, kakanya Syika. Spontan Syika menjawab "koq Uthi tahu sih"? grrrrrr yang lainnya tertawa, Syika cuek aja dengan polosnya, hahahahaha. Syika emang lucu dasar  pemilik MK #Se

Karena perjalanan macet dan masih jauh, aku biar kan saja mereka bermain, bercanda sesukanya di dalam mobil, aku fikir biar mereka gak bete. Tiba-tiba Syika menangis, memanggil umi....umi....umi, sakit. Kaka kenapa? aku bertanya kaget "sakit" dia menjawab sambil memegangi tangannya. Aku ambil dia, lalu memangkunya, sambil mengusap-ngusap tangan nya, tidak lama kemudian dia tertidur, dan melupakan sakitnya.

Tiba lah kami di halaman yayasan Palamartha, aku bangunkan Syika pelan-pelan, sambil bingung dia bertanya padaku "kita ada di mana wa?" kita sudah sampe sayang, jawabku, sambil meminta dia turun dari pangkuanku. Aku temui penjaga, dan mengatakan bahwa kami akan membesuk "pak Ii". Tunggu sebentar ya bu, silahkan masuk ruang tamu saja, penjaga mempersilahkan kami untuk menunggu. Anak-anak sudah berlarian masuk ruangan tunggu tamu, sambil lompat dan berebut ngomong, ngomentarin semua hal, anak-anak sungguh luar biasa, tidak ada kedukaan yang tersisa, tidak ada kegembiraan yang tertunda. Subhanallah...............

Yang ditunggu tiba, bapak Ii dengan senyum lebarnya menyapa satu persatu anaknya, menyalami dan menciuminya satu persatu "Ayu, Putri, Iqbal dan Rehan". Uthi dan Syika masih berdiri sambil memperhatikan adegan itu, sampai bapak Ii selesai dengan anak-anaknya. Uthi! Syika! ayo salam sama wa Ii, aku mengingatkan mereka berdua. Uthi maju menyalami uwa nya, Syika tidak mau, sambil naik ke sofa tamu. Sini salam sama uwa, kata pak Ii, "gak mau" Syika menjawab sambil menaruh kedua tangannya di belakang. Hehehehehehe, wa Ii tertawa sambil mencubit gemes pipi Syika, lucu banget anak ini!

Anak-anak membawa turun semua perbekalan, uli basah dan makanan kecil, selanjutnya rame-rame hiruk pikuk makan rame-rame, sambil sesekali bercanda, saling menggoda. Selalu sangat menyenengkan melihat bapak Ii bisa bergembira bersama anak-anaknya. Membuat aku melupakan perjalanan panjang dari Serang ke Sukabumi, dengan segala kemacetan dan semua persoalannya. Alhamdulillah ya Allah, terima kasih atas segala kebaikan MU. 

Di tengah-tengah mereka sedang makan-makan, tiba-tiba seorang perempuan dewasa merengek "bu minta uang untuk beli kopi" sambil memaksa dan pura-pura nagis kaya anak kecil. Syika dan Uthi, serentak berlari ke pangkuanku, uwa takuuut!, dan langsung disambut tertawa oleh Ayu, Putri, Iqbal dan Rehan. Maklum Uthi dan Syika baru pertama aku ajak menengok pak Ii, sementara yang lainnya udah yang ketiga kalinya, melihat pemandangan ini sudah tidak asing. 

Di Panti ini ada sekitar 200 orang dewasa yang sedang menjalani perawatan pemulihan mental. Setiap ada orang besuk mereka selalu bergerombol datang, meminta jajan pada tamu yang besuk, tidak banyak yang mereka minta, hanya 2.000 rupiah saja. Biasanya aku membiarkan anak-anak untuk memberikan uang atau makanan, berkomunikasi dengan kawan-kawan bapak Ii. Aku fikir ini baik untuk mental mereka, agar mereka tahu bahwa bapak Ii bukan satu-satunya orang yang mengalami gangguan jiwa. Mereka juga harus membiasakan diri, bahwa bagaimana pun keadaan orang di sekitar mereka, mereka harus memperlakukannya biasa, sama sebagaimana layaknya yang lain.

Ii adalah adik ku nomor tiga, sudah 14 tahun mengalami gangguan mental, sejak dia berusia 20 tahun, ketika dia menjadi mahasiswa di sebuah universitas swasta di Solo - Jawa Tengah. Dia aktivis mahasiswa pada zaman represif Orde Baru. Bermula dari keterlibatan dia dalam pemilihan rektor baru di kampusnya. Saat itu rektor bisa ditunjuk oleh presiden, tapi ada juga orang yang dipilih oleh masyarakat kampus yang bersangkutan. Ii termasuk orang yang mendukung calon rektor pilihan kampus, yang tentunya dianggap oposisi oleh penguasa waktu itu. Persisnya seperti apa kejadian yang menimpa dia karena ktivitasnya itu, keluarga tidak ada yang tahu. Ada yang bilang dia pernah hilang beberapa hari, ada yang bilang dia sering diteror dan diancam orang yang tidak dikenal. Yang jelas dia mengalami dipressi berat, dan akhirnya inilah yang terjadi. Selama 14 tahun dia mengalami gangguan halusinasi, yang seringkali membahayakan orang-orang di sekitarnya. Termasuk bapak, ibu dan juga anak-anaknya. Untuk alasan itulah maka kami menitipkan dia di Palamartha, yang berada puluhan kilometer, jauhnya dari rumah kami di Pandeglang.

Selepas sholat dzuhur berjamaah di yayasan, kami pamit pulang kepada bapak Ii, sambil memeluknya aku meminta dia untuk bersabar dan terus belajar, agar suatu saat nanti bisa pulang ke rumah untuk mengurus anak-anaknya. Pesan ini selalu aku sampaikan menjelang pulang, setiap aku membesuknya. Aku semangati terus dia dengan cerita sukses yang diraih anak-anaknya di sekolah. Ayu, Putri, Iqbal adalah anak-anak malang yang berprestasi, sementara Rehan baru saja masuk sekolah kelas satu. Empat orang anak menunggu pak Ii di rumah, empat orang anak yang terpaksa tinggal dengan nenek dan kakek yang sudah berusia 90 tahunan, lantaran ibu nya pergi meninggalkan mereka. Sementara pak Ii masih harus dipulihkan kondisi mentalnya.

Inilah "Wisata Hati" untuk anak-anak menjelang Iedul Adha, dan inilah "Wisata Hati" terpanjang untuk keluarga ku, menunggu Ii kembali dari wisata panjangnya, menelusuri lorong panjang dalam kegelapan hati dan fikirannya. Menjalani pengembaraan panjang, tanpa batas.

Ya Robb, semua hal yang baik dan yang buruk berasal dari Engkau, hanya Engkau yang kuasa mengahirinya. Kami akan sangat bersyukur dan berbahagia, jika Engkau berkenan mengakhiri penderitaan panjang Ii, sekarang juga.
Amien.

Tangerang, 21 Oktober 2013

MENGUKUR MOTIVASI YANG TERSEMBUNYI

KNPA BYK ORG YG TERTARIK INGIN JD KETUA SERIKAT, KPALA DAERAH ATW PRESIDEN??????..apakah dr penghasilan yg d lihat atw hnya ingin jd terkenal...??? (status Facebook HML, seorang kawan dari Banten)

Tergelitik oleh status di atas, saya ingin berbagi pendapat melalui tulisan ini. Karena saya yakin pertanyaan ini bukan hanya milik "HML", maka saya juga berharap tulisan ini, juga bukan hanya menjawab pertanyaan "HML" hehehehe.

Mengetahui motivasi seseorang, bahkan motivasi diri sendiri, untuk membuat pilihan menjadi seseorang atau melakukan sesuatu menjadi penting. Karena motivasi itulah yang akan mengarahkan kita, dalam melakukan serangkaian tindakan untuk mewujudkan motivasi (keinginannya).

Ada tiga hal yang melekat pada setiap orang dalam mewujudkan motivasi (keinginan) dalam hidupnya, terkait dengan pertanyaan kawanku, di atas. Yang pertama Valensi, kedua To Be, ketiga To Have.

Manusia sebagai mahluk yang kompleks harus dilihat secara utuh (holistik), memandang manusia secara parsial sangatlah tidak bijaksana, karena manusia memang terdiri dari banyak unsur. Menghilangkan satu unsur saja dari pembahasannya, maka pandangan kita tentang manusia akan menjadi tidak manusiawi, maka kata Valensi itulah yang mewakilinya. 

Kata Valensi berasal dari bahasa Latin "Valentia" yang berarti kekuatan (power) atau bisa juga disebut kapasitas (capacity). Dalam ilmu Kimia, valensi merupakan nilai yang menentukan jumlah atom yang dapat berkombinasi. Dengan kata lain, valensi merupakan kekuatan dari elemen-elemen dalam atom yang berkombinasi. Valensi juga menentukan bagaimana elemen tersebut bersatu, bereaksi dan berinteraksi satu sama lain (Kubik Leadership #18)

Valensi dalam kehidupan manusia bisa diartikan sebagai takaran atau bobot yang mewakili kapasitas diri dalam mengarahkan hidupnya. Setiap orang memiliki valensi yang berbeda-beda. Valensi yang kita miliki sangat menentukan hasil kerja dan mempengaruhi tingkat kesuksesan kita.

Untuk mencapai kesuksesan, orang akan bekerja menggunakan valensinya. Sukses bagi setiap orang berbeda wujud perolehannya, tergantung kekuatan motivasi yang dimilikinya. Apakah motivasinya "To Be" artinya ketika seseorang bekerja keras, melakukan semua tindakan, dengan tujuan untuk menjadi seorang pemimpin. Tetapi bukan lantaran karena mengejar gaji atau fasiltas yang besar dan mewah, melainkan karena kesempatan berprestasi dan mengambil tanggungjawab dalam perjuangan yang lebih besar. 

Ataukah motivasinya "To Have" melakukan seluruh tindakan dengan tujuan memiliki kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu. Misalkan untuk dapat uang banyak, mendapatkan relasi bisnis yang luas, dapat rumah besar atau mobil mewah, dapat penghormatan karena kekayaannya.

Jika motivasinya "To Be" maka yang akan dilakukan terus menerus dalam kepemimpinannya, meningkatkan kinerja, meningkatkan kapasitas pelayanan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, yang akan semakin memantaskan dirinya dalam posisi sebagai pimpinan.


Tetapi jika motivasinya "To Have", maka kecendrungannya akan menggunakan kekuasaan untuk memperoleh semua hal yang ingin kita miliki. Menggunakan waktu pelayanan untuk berbisnis pribadi, menggunakan fasilitas kekuasaan untuk kepentingan dan kesenangan peribadi dan kroni. Semua kebijakan ditransaksikan, kalau tidak menghasilkan sesuatu, tidak akan ada kebijakan. Segala cara menjadi halal, asal bisa memenuhi keinginan dan tujuan yang hendak dicapai.

Innamala'malu binniat, segala tindakan itu tergantung dengan niatnya. Asal kita cermat, semua motivasi (niat) seseorang yang ingin menjadi ketua atau apapun itu, bisa dilihat dari awal, dari tindak tanduk dan perilaku mendapatkan jabatan (kekuasaan) itu. Sudah bisa dilihat bukan? hahahaha

Semoga cerita panjang lebar ini bisa memberikan gambar jawaban, atas pertanyaan dari status facebook seorang kawan, tentang "kenapa banyak banget orang yang ingin memiliki kekuasaan atau jabatan"

Wallahu'alam Bissowab.

Semoga kita termasuk orang yang, Merdeka!!!

Tangerang, 12 Oktober 2013   

 

BERITA PAGI, PAGI-PAGI DALAM PIKIRAN



Kekuasaan bisa didapat dengan cara memaksa orang untuk memilih kita, bisa dengan membeli dukungannya pake uang atau dengan janji-janji. Bisa juga dengan menggunakan sistem (aturan pemilu) yang membuat kompetiter kita jatuh sebelum berlaga, hahahahaha. Ini curang dan membohongi publik, biasanya orang yang melakukan ini orang ambisius, tapi gak pede kalau dia itu orang pandai yang pantas memimpin, atau bisa juga pemimpin pendosa, tapi masih betah berbuat dosa, dengan care pake kuase, hehehehe.


Tuhan itu Maha Baik, Dia akan membiarkan sebagian kekuasaan Nya atas manusia digunakan oleh manusia, bahkan oleh syaithon. Baik oleh para manusia bijaksana maupun oleh manusia durjana. Karena Tuhan akan mengakhiri waktu kekuasaan bagi keduanya, pada saat yang tepat, yang dipilih-Nya, dan di luar dugaan, sehingga manusia kaget dan sock!

Manusia bijaksana maupun durjana, tidak punya hak untuk menilai dirinya sendiri, sebagai pemimpin bijak atau pemimpin durjana. Karena tindakan memimpin adalah mengenai kondisi dan situasi masyarakat yang dipimpinnya. Masyarakatlah yang merasakan dan mengalami akibat dari semua tindakan kepemimpinannya, senang, susah, sejahtera atau melarat jelita (melarat tapi masih bisa tertawa-tawa) hahahaha.



Tuhan pada akhirnya akan menggunakan tangan dan fikiran manusia, untuk memberikan vonis bagi para pemimpinnya. Pemimpin bijak akan tinggal dalam hati dan cerita panjang masyarakat, sebagai kecintaan dan pujaan, dengan penuh kekaguman dan penghormatan, sepanjang zaman. Pemimpin durjana akan tinggal dalam hati dan ucapan masyarakat sebagai cerita kebencian, dendam dan kemarahan, dinistakan dan dihinakan, berakhir tanpa kehormatan.

Menjadi pemimpin, seharusnya karena diinginkan dan dipilih oleh masyarakat, tanpa paksaan, tanpa penipuan, tanpa rekayasa, apalagi transaksi. Karena seseorang yang bertindak, berucap dan berprilaku baik dan benar, maka dia pantas jadi pilihan masyarakat. Sayangnya itu hanya terjadi pada zaman para Nabi dan Rosulullah, dan tidak lagi diteladani oleh pengikutnya, pada zaman sekarang. Zaman para nabi palsu "Superman, Batman dan Spiderman" hehehehe.


Semua manusia pemimpin bagi dirinya sendiri dan bagi keluarganya, di sanalah tempat belajar sebaik-baiknya, untuk menjadi pemimpin sukses dan mulia. Belajar memberi contoh dan teladan bagi masyarakat terkecil, dari sebuah negara. Karena keluarga merupakan cikal bakal kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi dan negara RI, hihihihi

Wallahu'alam Bissowab

Semoga menjadi pengingat bagi ku, dan bagi siapa saja yang ingin banget menjadi pemimpin masyarakat, hehehehehe #SubuhTafakur

Tangerang, 12 Oktober 2013

TONGGAK PERTAMA, AKSI KEMANDIRIAN BURUH PEREMPUAN

Dalam rangka memperingati International World Day for Decent Work tahun ke 7, Komite Perempuan IndustriALL Indonesia Council telah menggelar aksi unjuk rasa, bertempat di halaman kantor Kementrian Tenagakerja dan Transmigrasi RI.  

Unjuk rasa yang melibatkan kekuatan massa 100 orang lebih buruh perempuan dan beberapa buruh laki-laki. Diikuti oleh sembilan Federasi Afiliasi IndustriALL Indonesia Council. Terdiri dari: Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan (FSP KEP KSPI), Federasi Serikat Pekerja Nasional (FSPN), Federasi Pertambangan dan Energi (FPE KSBSI), Federasi Logam Mesin dan Elektronika (F LOMENIK KSBSI), Federasi Farmasi dan Kesehatan Reformasi (F Farkes Reformasi), Federasi Kimia Kesehatan (F KIKES KSBSI), Federasi Kimia Energi Pertambangan (F KEP SPSI), Federasi Garment dan Tekstil (F GARTEKS KSBSI) dan Federasi Serikat Pekerja Pulp dan Kertas Indonesia (FSP2KI)

Lima belas orang perwakilan pengunjuk rasa, yang dipimpin oleh Ketua Komite Perempuan dan Ketua IndustriALL Indonesia Council, diterima oleh direktur Penegakan dan Penindakan Pengawas, bapak Bachtiar, SH beserta stafnya, yang terdiri dari: Deputy Direktur Perlindungan Pekerja Perempuan dan Anak, bapak Sinaga beserta para stafnya. Karena pada saat itu Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi tidak berada di Jakarta, sedang mengikuti pertemuan APEC di Bali, bersama Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial. Sedangkan Dirjen Pengawasan Norma Kerja, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sedang dalam perjalanan menuju Brazilia.

Tuntutan Aksi Komite Perempuan, yang disampaikan kepada Menakertrans RI dalam bentuk surat terbuka, secara singkat berisi 5 butir tuntutan:
  1. Hapuskan Sistem Kerja Kontrak dan Outsourcing
  2. Laksanakan dan Tegakan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mengatur Hak Reproduksi atau Perlindungan Maternitas Buruh Perempuan di Tempat Kerja
  3. Pastikan tersedianya Ruang Laktasi di Setiap Perusahaan, di mana buruh perempuan bekerja
  4. Buat Peraturan Menteri Tenagakerja terkait Larangan Diskriminasi terhadap Buruh Perempuan di Tempat Kerja
  5. Ratifikasi Konvensi ILO No. 183 tentang Maternity Protection  
Aksi unjuk rasa yang dimulai dengan "Short Rely" dari depan kantor Bulog menuju kantor Menakertrans RI, terbilang sukses. Ini adalah aksi pertama yang dilead oleh buruh perempuan untuk menyuarakan isu-isu buruh perempuan. 
 
Short Rely dari Bulog ke Kantor Menakertrans RI
Melihat antusiasme peserta aksi, dengan melakukan orasi secara bergantian, membuat teaterikal dadakan dan bernyanyi serta berjoget bersama, seperti melihat fenomena baru, melihat angin segar, yang pelahan-lahan akan berhembus, dan terus berhembus, untuk menjadi badai kekuatan.

Berharap semangat ini dapat dipelihara bersama-sama, untuk memperjuangkan hak bersama, memperjuangkan kebersamaan dan kesetaraan diantara serikat pekerja/serikat buruh. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dalam menyatukan kekuatan yang terpendam. Dengan beribu-ribu potensi perempuan buruh, di dalam federasi afiliasi, kita wujudkan cita-cita bersama.

"Tidak Ada Kekuatan yang Bisa Dipersatukan, Tanpa Menciptakan Kebersamaan 
dan Kesetaraan"

Happy International World Day for Decent Work for Women Workers

Tetap Semangat, Wahai Perempuan Buruh Indonesia!!!

Merdekaaaa!!!

Jakarta, 10 Oktober 2013