SI "HASUD" MENERIMA HADIAH

Ba'da subuh, tiba-tiba saja ingat dongeng Abah ku. Dongeng dari masa kanak-kanak, yang selalu dilakukannya setiap aku dan adik-adik ku menjelang tidur, pada malam hari. Abah mendongeng sambil mencari kutu di kepala ku, dengan lampu teplok di sampingnya. 

Suatu malam Abah mendongeng tentang cerita si "Hasud" kepada kami. Dan dongeng ini meninggalkan pelajaran yang lekat dalam pikiran ku, bahkan sampai hari ini aku masih mengingatnya.

Di sebuah kerajaan, seorang raja memiliki dua orang pelayan laki-laki. Kedua orang pelayanan ini memiliki karakter yang jauh berbeda. Seorang pelayan yang bernama Rakhman, orangnya jujur, rajin, bertanggungjawab, disiplin, dan selalu mengasihi sesama. Oleh karena sifatnya itu Rakhman menjadi pelayan kepercayaan sang Raja. Seorang lagi pelayan bernama Jundi, dia punya sifat kebalikannya. Dia sering malas-malasan, sering kali berbohong kepada raja, terutama kalau dia sedang malas bekerja. Kalau diminta melakukan sesuatu pekerjaan selalu tidak selesai, dan kalau sudah begini pasti Rakhman membantunya untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena Rakhman sangat mengasihani Jundi, terutama kalau raja sedang memarahinya.

Dua orang sahabat ini sudah bekerja puluhan tahun menjadi pelayan raja. Walaupun Jundi pemalas dan sering berbohong, raja tidak banyak mengetahuinya. Karena selama ini Rakhman dengan suka rela menutupi semua kemalasan dan kebohongannya dihadapan raja. Namun demikian, perlakuan raja terhadap keduanya sangat berbeda. Rakhman yang baik hati dan rajin bekerja, lebih disayangi dan dapat perhatian lebih dari raja. Berbeda dengan Jundi, karena dia sering malas dan kurang bertanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan raja. Raja memperlakukannya biasa saja, tidak istimewa seperti Rakhman.

Jundi merasakan hal itu, dia merasa raja pilih kasih. Kepada Rakhman raja sering memberi hadiah, memberikan pakaian yang bagus, dan memberi makanan yang enak-enak. Menyikapi perlakuan raja yang berbeda ini, Jundi berpikir "Raja tidak adil dan diskriminasi nih kepada ku. Beliau membedakan perlakuannya kepadaku dan Rakhman. Padahal kami bekerja di tempat yang sama, pada bagian yang sama, sama-sama capek. Kenapa Rakhman nampak begitu di sayang, sering dikasih hadiah, dan diperlakukan istimewa? sedangkan aku sering dimarahi, dibelikan baju setahun sekali, begitu juga dikasih hadiah, kalau menjelang hari raya saja. Bener-bener tidak adil ini!" Jundi menggrutu, dan merasa sakit hatinya.

Suatu saat Jundi berniat mencelakai Rakhman, meskipun dia tahu selama ini sering ditolong Rahkman, semua kesalahan dan kebohongannya ditutupi dihadapan raja. Tetapi rasa cemburu dan iri, sudah membuat dia gelap mata dan hati. Dia berpikir, "harus ada cara untuk membuat Rakhman dimarahi dan tidak dipercaya lagi, bahkan kalau perlu biar Rakhman dihukum pancung saja. Baru aku akan merasa puas, dan pasti raja akan meyangi aku, bukan Rakhman" demikian Jundi, sudah bulat tekadnya untuk menyingkirkan Rakhman.

Suatu hari Jundi menghadap raja, "wahai baginda yang mulia, perkenankan aku menyampaikan perihal penting kepada baginda raja". Apa yang ingin kau sampaikan kepadaku Jundi? raja bertanya. "Tentang kejahatan Rakhman kepada baginda raja. Rakhman mengatakan kepada hamba, bahwa mulut baginda berbau busuk. Sehingga kalau dia berdekatan dengan baginda, terpaksa harus menutup hidungnya rapat-rapat" 

Apa?!! raja kaget, setengah melompat dari tempat duduknya, tidak mungkin itu Jundi! kau pasti berbohong seperti biasanya kepadaku. "ampun baginda, kali ini aku sungguh-sungguh. Aku kasihan kepada baginda, selama ini baginda sangat baik dan perhatian kepada Rakhman, tetapi dia sudah membalasnya dengan kurang ajar kepada baginda. Jundi dengan menangis, berusaha meyakinkan raja. Raja berpikir sesaat, "jangan-jangan benar nih yang dikatakan si Jundi, bathin raja". Baiklah Jundi, aku percaya padamu, sekarang kamu panggil Rakhman untuk menghadapku. "Sekarang baginda? tanya Jundi setengah tidak percaya" ya sekarang, kapan lagi? raja berkata keras, membentak Jundi, karena marah. "Baiklah baginda, saya panggil Rakhman sekarang" sambil pamit dengan cepat dia keluar dari ruang tamu raja.

Sepanjang jalan menuju rumah Rakhman, Jundi kelihatan sangat gembira, dia berjalan santai, sambil bersiul-siul. Sepanjang jalan dia membayangkan, gerangan hukuman apa yang akan diberikan kepada Rakhman? apakah dia akan dihukum pancung? yah! Rakhman pasti akan dihukum pancung, kepalanya dipotong dan digantung di lapangan, agar semua rakyat melihatnya. Bahwa Rakhman tidak sebaik yang mereka duga, hahahaha, Jundi tertawa terbahak. Setelah itu aku akan menjadi orang kepercayaan raja satu-satunya, aku akan selalu dapat hadiah dan uang yang banyak, aku akan hidup senang dan berpoya-poya hahahaha. Jundi tak henti-hentinya tertawa gembira.

Setiba di rumah Rakhman, dia mengetuk-ngetuk pintu, memanggil-manggil dengan tidak sabar, Rakhman! Rakhman! Rakhman!! cepat keluar! kamu dipanggil baginda raja, sekarang juga harus menghadap! Rakhman yang tengah makan siang dengan keluarganya, tergopoh-gopoh membukakan pintu. 

"Hai Jundi ada apa dengan kamu? ayo masuk, kamu ikut makan siang sekalian dengan kami" tidak Rakhman, kamu harus menghadap baginda sekarang juga, cepat. Sebentar Jundi, saya harus membersihkan mulut saya dulu, gosok gigi dulu sebentar ya, jawab Rakhman. "Tidak usah Rakhkman, nanti baginda marah, ini penting!" tapi saya tadi makan bawang mentah Jundi, saya tidak mau, nanti baginda mencium bau mulut saya. "Sudahlah, cepat pergi! kamu kan bisa menutupi mulut kamu, ketika bicara dengan baginda, ini penting Rakhman" tanpa berpikir panjang, Rakhman berangkat untuk menghadap raja, mendengarkan titahnya.

Sesampai dihadapan raja, Rakhman berkata, maaf baginda raja, ada titah penting apakah gerangan, hamba dipanggil menghadap? Rakhman bertanya, sambil terus menutup mulutnya, sekaligus hidungnya ikut tertutup juga bukan? Melihat tingkah Rakhman seperti itu baginda raja bertanya "Rakhman, kenapa kamu menutupi mulut dan hidungnya seperti itu"? Maaf baginda, mulutnya bau, jawab Rakhman. "Oh begitu ya?! raja membentak, marah tentunya. Maaf baginda raja, Rakhman meminta maaf dengan takut dan sedih, menerima kemarahan rajanya. "Baik kalau begitu, saya perintahkan kamu untuk mengantar sepucuk surat kepada sahabat saya, sekarang juga!" Baik baginda, titah baginda hamba laksanakan sekarang, jawab Rakhman dengan suara agak gemetar, karena takut.

Rakhman buru-buru pamit, meninggalkan raja dengan diliputi rasa bersalah dan takut. Sebelum mendatangi rumah sahabat raja, Rakhman menyempatkan pulang terlebih dahulu, dia berpikir "saya harus membersihkan mulut saya terlebih dahulu, menggosok gigi agar tidak bau. Saya tidak mau, kalau nanti harus menutupi mulut dan hidung saya lagi, dihadapan sahabat baginda raja". 

Setiba di rumahnya, ternyata Jundi masih ada, dia menyapa Rakhman dengan rasa ingin tahu yang besar. "Dapat perintah penting apa dari baginda raja Rakhman? tanya Jundi "saya diminta untuk mengantar sepucuk surat kepada sahabat baginda raja. "Oh ya?! Jundi heran mendengar jawaban Rakhman, koq raja tidak menghukum Rakhman, apa yang terjadi sebenarnya? koq Rakhman masih dipercaya juga, dan tidak dihukum sama sekali.

"Kalau begitu, biar aku saja yang menyampaikan surat baginda raja kepada sahabatnya! tiba-tiba Jundi menawarkan diri. Kamu kan harus menyelesaikan makan siang mu, lagian mulut kamu masih bau bawang seperti itu, nanti dianggap tidak sopan" Jangan Jundi, nanti baginda marah, biar saya membersihkan mulut dulu, baru saya antar suratnya, jawab Rakhman. "Sudah lah baginda tidak akan tahu kalau aku yang mengantar suratnya, kamu istirahat saja di rumah. Lagian kamu juga sering membantu pekerjaan ku, selama ini bukan? Jundi berkilah se-manis mungkin". Baiklah kalau begitu Jundi, kamu antarkan surat itu kepada sahabat baginda ya, jangan telat, sekarang juga kamu harus pergi. Nanti sepulang dari rumah sahabat baginda, kamu mampir lagi ke rumahku, kita bisa berbagi cerita. Demikian dengan senang hati dan ramah Rakhman mengantar Jundi.

Sepanjang jalan, Jundi tak henti-hentinya bertanya dalam hati, kenapa Rakhman tidak dihukum raja, bahkan dia masih dipercaya untuk mengantar surat kepada sahabat baginda. Tibalah Jundi di rumah sahabat baginda raja, dengan sopan dan soq manis, diserahkannya sepucuk surat dari raja, "tuan saya pelayan kepercayaan baginda raja, mengantar surat dari banginda untuk tuan" seseorang yang berbadan tegap dan berwajah kaku, merampas surat dari tangan Jundi dengan kasar, merobek sampulnya, membacanya sebentar, kemudian menatap wajah Jundi dengan dingin dan kaku. Tiba-tiba saja Jundi merasa seluruh persendiannya lemes, saking takutnya.

"Pelayan ikat dia! yang disebut sahabat raja itu berteriak, sambil menunjuk ke arah Jundi, bawa ke tempat pemancungan! baginda memerintahkan kita untuk memberikan hukum pancung kepada si penghina raja, ini dia orangnya! dengan bengis menunjuk kepada Jundi". "Ampun tuan, bukan saya! bukan saya tuan! sambil menangis dan menyembah, bukan saya tuan, tapi Rakhman", saya hanya membawakan suratnya. Jundi meminta ampun sambil menangis. 

Surat yang diantarkan Jundi, berisi perintah raja kepada seorang algojo "Laksanakan Hukum Pancung kepada Pembawa Surat ini, Karena dia Telah Menghina Raja, dengan Mengatakan Raja Bermulut Bau Busuk". Apa hendak dikata titah raja harus dilaksanakan. Pada hari itu riwayat Jundi tamat, dengan kepala terpisah dari badannya. Dia dihukum pancung, bukan lantaran mengatakan baginda bermulut bau, sambil menutup hidung dihadapan raja, melainkan karena dia "Hasud" kepada sahabatnya Rakhman. Sahabat yang selama ini membantunya, menolongnya, bahkan tidak jarang menyelamatkannya dari kemarahan raja. 

Sebelum mengakhiri tulisan ini, tiba-tiba saja Abah telephon aku, Abah mengabari, bahwa dia sedang kontrol dokter untuk bekas penyakit hervest nya yang masih sering sakit. Abah kini sudah ber-usia hampir 90 tahun, tetapi cerita dia tentang si "Hasud" masih melekat dalam ingatanku, menjadi sebuah pelajaran, pengingat, untuk mendampingi, pikiran, hati dan perilaku ku, dalam menjalani kehidupan ini.

Terima kasih Abah, atas cerita si "Hasud" nya, dia penyakit hati yang selalu aku lawan untuk tidak hinggap di hatiku.

Wallahu'alam Bissowab, semoga bermanfaat.

Tangerang, 18 September 2013


Tidak ada komentar: