MENGHARGAI DIRI SENDIRI

Terinspirasi oleh buku #MAKELAR REZEKI by JamilAzzaini

Harga itu tidak selamanya identik dengan uang, atau benda-benda yang menunjukan strata kehidupan ekonomi sosial seseorang. Harga itu bisa juga respon orang lain terhadap keberadaan kita, di suatu tempat, dalam sebuah event, bahkan dalam situasi tertentu.

Harga diri bisa juga expertise, di mana kita sangat dibutuhkan dan diandalkan untuk sebuah pekerjaan tertentu, yang dibutuhkan dalam kehidupan sesama. Harga diri bisa juga sebuah kesetiaan pada komitmen, dalam sebuah kelompok kerja, di mana sebuah impian bersama harus diwujudkan.

Melaksanakan tanggungjawab terhadap sebuah pekerjaan yang sudah dipercayakan kepada kita, adalah membuktikan eksistensi diri, dimana harga diri akan dipertaruhkan. Harga diri tidak bisa diletakan pada pertunjukan kekuasaan, memerintah dan ber-omong besar, tanpa pembuktian dalam tindakan nyata.

Harga diri adalah sebuah kehormatan, di mana orang sangat mendambakan dirinya diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Harga diri hanya bisa didapatkan, kalau kita juga memiliki kemampuan untuk memberi harga yang layak bagi diri kita sendiri, dan menghargai orang lain sebagai mana harusnya. Harga adalah suatu hasil dari energi yang digunakan untuk melakuakan sebuah tindakan. Sangat tergantung pada baik buruk dan benar salahnya tindakan yang kita lakukan.

Menurut hukum kekekalan energi, energi di alam semesta ini bersifat tetap. Ia tidak akan diciptakan lagi, juga tidak akan hilang. Artinya energi dalam alam semesta jumlahnya sama sejak awal diciptakan, hingga kemusnahannya kelak. Tuhan menciptakan alam semesta dengan sempurna, tidak mungkin melakukan tambal sulam. Semua telah disiapkan dengan lengkap, termasuk jumlah dan besaran energi di dalamnya.

Walau jumlahnya selalu tetap, tetapi dalam proses alam energi bisa berubah bentuk. Seperti air menjadi uap, kayu berubah menjadi bara api, uranium menjadi bom, listrik menjadi tenaga penggerak dan lain-lain. Begitu pun dengan manusia, ketika beraktivitas sehari-hari, bisa mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Dengan tersenyum bisa menimbulkan rasa senang, marah bisa menimbulkan rasa takut. Ber-silaturrahmi menjalin keakraban, dan sebagainya. Sebanyak apapun kita pergunakan, dan untuk keperluan apa saja, energi akan selalu tetap. Tidak ada yang hilang dan tidak ada yang ditambahkan.

Meskipun setiap jam kita menggunakan energi, ketika kita bekerja, bersedekah kepada tetangga, membantu kawan-kawan yang butuh bantuan kita, berbagi tentang hal-hal yang baik dan bermanfaat dari pengetahuan kita, kepada kawan-kawan kita. Semua tidak akan sia-sia, karena energi itu tidak hilang. Energi itu akan berubah dalam bentuk lain, dan dapat kita rasakan.

Menurut hukum kekekalan energi, nilai dan jenis energi yang kembali akan sama dengan yang kita pergunakan. Jika kita mengeluarkan sebesar 10, maka kita akan menerima balasan senilai 10 juga. Jika kita mengeluarkan jenis energi yang negatif, dengan melakukan aktivitas yang negatif, maka kita akan menerima balasan tindakan yang negatif juga dari sekeliling kita. Jika kita mengeluarkan jensi energi yang positif, dengan melakukan perbuatan yang positif, maka balasan yang akan kita terima pun, segala hal yang positif dari alam sekitar kita. Berupa kebahagiaan, kedamaian, penghargaan dan penerimaan yang baik terhadap kita, dari orang-orang yang ada di sekeliling kita. Wallahu'alaim Bissowab.

Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi kita, dalam upaya meningkatkan kualitas diri, menjadi lebih bermanfaat lagi, bagi diri sendiri maupun bagi sesama.


Tangerang, 1 September 2013

Tidak ada komentar: