OTORITAS BANCI

Kekuasaan seharusnya digunakan untuk melindungi orang-orang yang kita kuasai hidupnya. Karena dengan penuh kesadarannya mereka sudah menguasakan nasibnya kepada kita, melalui proses demokrasi memilih.

Fakta hari ini, rakyat kita banyak yang gundulnya dipenuhi tanda tanya. Ada apa ini? mengapa begini? bagaimana ini? tiba-tiba saja kita gagap, dan tidak tahu bagaimana caranya memberikan jawaban. Tiba-tiba saja kita merasa tidak memiliki otoritas untuk memberikan jawaban. Takutkah kita?

Kita tidak pernah takut, ketika yang bertanya bukan rakyat. Kita akan sangat sangar dan gagah berani kalau yang bertanya teman sejawat kita, adik kelas atau kakak kelas kita. Kita akan berteriak dengan lantang, jangan intervensi! ini wilayah kami! kami orang-orang yang dipilih rakyat di wilayah kami! kami memiliki otoritas untuk mengatur rumah tangga kami sendiri! jangan mengobok-ngobok wewenang kami! hahahaha, galak koq sama sodara sendiri.

Kekuasaan dan otoritas itu, seharusnya bisa memberi manfaat bagi orang-orang yang kita kuasai. Karena dengan suka rela mereka telah meng-amanatkan perubahan nasibnya pada kekuasaan kita. Jangan sibuk bersembunyi, dibalik langkanya intruksi kekuasaan lain. Bukankah kekuasaan sudah diberikan rakyat kepada kita, dan kita sudah menggenggamnya dengan erat, dengan agung, bahkan dengan angkuh.

Kekuasaan itu bisa benar dan bermanfaat, jika pemegang kekuasaan sudah mampu melampaui otoritas dirinya. Dalam hidup seorang penguasa, seharusnya tidak ada diri sendiri, tidak ada diri kita, yang ada hanya rakyat jelata. Kemulyaan seorang penguasa terletak pada kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya.

Sebuah otoritas, tidak bisa memberikan makna pada kekuasaan, jika penguasa tidak berani menggunakannya. Otoritas akan menjadi banci, kalau penguasa takut menjawab kepentingan rakyatnya, padahal dia memiliki kekuasaan untuk melakukannya. Namun dia tidak melakukannya, hanya karena tidak berani menerima resiko atas tindakan kekuasaannya.

Otoritas Kekuasaan, bukan hanya untuk digadang-gadang, tetapi kehilangan nyali, dan nampak seperti banci!

Salam Perjuangan untuk Kaum Marginal!

Jakarta, 05 September 2013

Tidak ada komentar: