MENGAPA BURUNG BEO SELALU MENIRUKAN SUARA

"MAKELAR REZEKI #23" by: Jamil Azzaini

Semua orang senang mendengar burung Beo menirukan suara, lucu katanya. Bahkan ada orang yang bersedia mengeluarkan uangnya jutaan rupiah, membeli untuk memilikinya. Tapi siapa yang tahu, bagaimana asal-usulnya, kenapa burung Beo itu selalu menirukan suara?

Dahulu kala, sebelum manusia, hewan-hewan bicara dengan bahasa yang saat ini dipergunakan manusia. Lalu pada suatu hari, Sang Pencipta menciptakan manusia. Sang Pencipta kemudian mengutus Peri Penjaga Hutan untuk memberitahukan hal itu kepada para hewan. Isi pemberitahuannya adalah para penghuni hutan tidak boleh lagi berbicara dengan menggunakan bahasa yang selama ini mereka gunakan.

Sebagai pengganti, mereka diizinkan untuk menciptakan bahasa mereka masing-masing dalam waktu seminggu. Maka, pulanglah penduduk hutan ke tempat masing-masing. Mereka mulai berpikir keras untuk mencari suara yang gagah dan cocok untuk mereka masing-masing.

Hari demi hari, penduduk hutan sibuk mencari-cari suara yang nanti mereka akan mereka pakai. Singa yang telah dinobatkan sebagai raja hutan, lebih dahulu memilih suara mengaum. "Aouuuumm!!!" katanya dengan gagah. Penduduk hutan yang lain senang mendengarnya. Mereka merasa suara itu pas benar dengan bentuk tubuh Singa yang gagah.

Tapi, tidak semua hewan senang mendengarnya. Burung Beo yang usil malah mentertawakan suara itu. Hahahaha..., mirip orang sakit gigi", celetuk Beo sambil tertawa terbahak-bahak. Singa sangat malu mendengarnya. Semua suara binatang yang ada selalu dikomentari dan dihina oleh Beo. Beo hanya menjadi komentator dan mentertawakan semua suara hewan.

Tak terasa sudah satu minggu. Penduduk hutan berkumpul kembali untuk mengumumkan suara yang mereka pilih. Peri Penjaga Hutan memanggil mereka satu per satu. Diantara semuanya, hanya Beo yang masih tertawa-tawa. Ia pikir teman-temannya bodoh karena suara yang mereka pilih lucu-lucu.

Tibalah giliran Beo untuk mengumumkan suara barunya. Ia maju ke depan. "Mbeeeek! jeritnya. "Hei itu suaraku!" kata Kambing. Yang lain pun tertawa. Beo tertegun. Ia baru sadar, selama ini ia terlalu sibuk mengejek teman-temannya sehingga lupa mencari suaranya sendiri.

Semua suara yang dikeluarkan Beo ternyata sudah menjadi milik binatang lain. Akhirnya, ia menangis tersedu-sedu. Dengan tersenyum, Peri Penjaga Hutan berkata, "sudahlah, kamu akan tetap kuberi sebuah suara. Tapi sebagai pelajaran, kau akan tetap menirukan suara orang, sehingga kau akan ditertawakan selamanya".

Semoga cerita ini dapat menyadarkan kita semua. Mulai sekarang, sibuklah menjalani kehidupan kita sebagai pemain, bukan sebagai komentator, yang sibuk memberikan pendapat terhadap apa yang dikerjakan orang lain. Jangan sampai bernasib sama dengan burung Beo, seumur hidup hanya akan menjadi bahan tertawaan orang lain. Wallahu'alam Bissowab.

Semoga bermanfaat.

Tangerang, 2 September 2013   

Tidak ada komentar: