SATU HARI SETELAH KEMERDEKAAN RI

Ku buka jendela rumah ku, untuk membaui aroma tanah, setelah diguyur air hujan semalam. Semilir angin masuk menembus ruangan tamu, rumah ku yang mungil ukuran 21/54 RS, yang sudah ku lunasi, 4 tahun setelah akad kredit hehehehe.

Rasa nyaman dan lega menyeruak memasuki relung kalbu ku, ahhhhh inilah rasanya merdeka. Tiba-tiba aku ingin sekali nyeruput kopi dan memakan sepotong roti. Roti dan kopi ini menurut kakek buyut ku, jaman dahulu menjadi menu sarapan para serdadu Belanda. Aku ingat dulu kakek buyut bercerita, sambil minum teh hangat di pagi hari, dengan rebus singkong, ditaburi parutan kelapa agak muda. Dengan bangga dia cerita pada kami, bahwa setiap pagi dia dan kawan-kawannya menyantap singkong rebus dengan gula aren yang dicairkan, ditaburi parutan kelapa agak muda, yang disuguhkan "Dapur Umum" grilyawan perang. Siangnya kami manggul bambu runcing, keliling perkampungan, menjaga penduduk dari serangan musuh. Jadi kalian harus tahu, bahwa untuk memerdekakan negeri ini, kami hanya sarapan singkong rebus dan teh hangat dengan gula aren, yang kami buat sendiri, menjelaskan sambil terkekeh hehehehehe.

Begitu cara kakek buyut ku untuk membuat cucu dan cicitnya tetap mencintai makanan khas karuhun, yang memang wuenak banget. Kalau pagi ini ternyata aku minum kopi luwak dengan roti lengkap, campur mentega dan coklat mesis, bukan berarti aku berpaling dari makanan tradisi karuhun ku. Melainkan karena makanan tradisional karuhun sudah agak sulit didapat saat ini. Bukan lantaran punah bahan bakunya, tetapi karena mulai punahnya tradisi, mulai terkikisnya kecintaan terhadap makanan tradisi. Perkembangan jaman, industrialisasi menuntun pikiran kita menjadi instan, menjadi ingin serba cepat. Maka inilah yang mudah didapat dan mudah disantap, tanpa harus melakukan proses merebus, memarut dan mencairkan gula aren.

Roti tawar tanpa kulit kubeli kemaren sore di Indomart, plus blue band margarine, coklat mesis dan kopi luwak yang kusantap di pagi hari (sarapan ala Belanda) kata kakek buyut ku hehehe. Untuk selanjutnya, jam sembilan nanti aku menghadiri undangan rapat dari STIFIn Kabupaten Tangerang. 

Kampanye STIFIn, adalah sebuah perjuangan juga. Bagaimana seorang anak bangsa Indonesia, dengan kegigihannya sudah menemukan sebuah konsep alat test, untuk menditeksi "Mesin Kecerdasan" anak-anak Indonesia lainnya, dari sejak usia 2 tahun. Dengan diketahui Mesin Kecerdasan nya sedini mungkin, diharapkan pendidikan yang diberikan dapat mengarahkan anak-anak Indonesia pada kesusksesan dan kemulyaan hidupnya, dengan lebih cepat dan lebih tepat. Hidup SuksesMulia, itulah semboyan seorang Farid Poniman anak Madura, sang penemu mesin kecerdasan yang dinamai STIFIn (Sensing, Thinking, Instuiting, Feeling dan Insting). Tentang STIFIn, akan aku tulis pada lain waktu ya hehehehe.

Selamat pagi saudara-saudara ku, mari kita isi kemerdekaan warisan si Anak Singkong "Kakek Buyut Kita", dengan menggunakan Mesin Kecerdasan kita masing-masing, menuju kehidupan masyarakat Indonesia yang #SuksesMulia. Merdekaaa!!!!

Tangerang, 18 Agustus 2013

Tidak ada komentar: