AKU TANGGUNG JAWAB SIAPA YA ..............?

Bicara tanggungjawab, biasanya berkonotasi pada biaya kehidupan, biaya sekolah, tabrak lari, kawin lari (setelah menghamili lari hehehe), kecelakaan kerja, dan banyak lagi deh peristiwa-peristiwa, yang terkait dengan tanggungjawab.

Secara adat istiadat, bahkan ajaran agama, perbedaan jenis kelamin (sex) membedakan ruang lingkup tanggungjawab juga "katanya". Laki-laki adalah pemimpin perempuan, maka laki-laki yang memikul tanggungjawab atas perempuan-perempuan. Ada suami bertanggungjawab kepada istri, ada bapak bertanggungjawab pada anak perempuannya, ada laki-laki bertanggungjawab kepada saudara perempuannya.

Bagaimana bentuk tanggungjawabnya? kalau pelaksanaan tanggungjawab itu berdasarkan agama, pake aturan agama, kalau kita melakukannya karena menurut pada adat istiadat, maka pake hukum adat. Tetapi kalau kita mengambil tanggungjawab itu karena kebaikan hati saja, ya suka-suka hati-mu-lah, tergantung moodnya hehehehe.

Dengan demikian melaksanakan tanggungjawab itu mestinya berbanding lurus dengan kesadaran diri setiap orang (baca laki-laki ya) Jika orang itu menyadari, bahwa dia pemeluk agama tertentu, sekaligus anggota masyarakat yang memiliki adat istiadat tertentu, bahkan lebih baik lagi kalau dia juga sadar sebagai warga negara tertentu, maka tidak akan ada kebingungan padanya, untuk melaksanakan tanggungjawab. Karena agama, adat istiadat dan negara punya tata cara, yang bisa menuntun orang untuk melaksanakan tanggungjawabnya dengan benar, sesuai hukumnya.

Pertanyaannya, bagaimana jika ada seorang perempuan dewasa, belum diberi jodoh oleh Allah (karena jodoh, mati, rizki dsb itu yang ngatur Allah bukan?) dia hidup sendiri, menghidupi diri sendiri, bahkan mencoba mengambil alih tanggungjawab laki-laki-orang tuanya dan seluruh saudara laki-lakinya? Tidak ada yang meminta dia melakukan itu, tapi dia tidak pernah betah melihat keadaan yang sulit menjadi tontonan berlama-lama. Ada anak-anak yang harus disekolahkan, dikasih makanan dan minuman, diberi pakaian, dibesarkan dan dididik dengan benar. Ada seorang laki-laki yang kehilangan akal, tidak mungkin dibiarkan menggelandang di jalanan, maka dia harus dirawat, diobati dan direhabilitasi. Jika perempuan ini masih punya bapak dan punya saudara laki-laki, tetapi dia memang tidak mendapatkan pertanggungjawaban itu, sebagaimana yang diajarkan agama, adat dan negara, apakah ada yang salah karenanya?

Terkadang, dalam keadaan "lelah" lahir bathin, aku sering bertanya: AKU INI TANGGUNG JAWAB SIAPA YA.........................? sepiiiiiiiiiiiiii, jawabnya

Aku selalu berharap dan berdo'a kepada Allah, setiap saat, bahwa apa yang aku lakukan, tidak akan menjadi beban bagiku, tetapi sebaliknya menjadi kebahagiaan dalam hidupku. Juga, tidak menjadi kesalahan bagi bapak dan saudara-saudarak lelaki ku, sehingga mereka tidak harus mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah kelak kemudian hari. Aku selalu berfikir, bahwa inilah rencana besar Allah dibalik semua peristiwa hidup yang kualami, bahwa DIA memberikan kesempatan padaku, agar merasakan menjadi orang tua, dan diberi ladang untuk bercocok tanam amal dan ibadah, selama hidupku di dunia.

Ya Robb, bimbinglah pikiran dan hatiku, agar tetap istiqomah dan ikhlas dalam menjalankan pengabdian kepadaMu. Berikan aku rizki yang melimpah, dari bagian kekayaanMu, untuk bekal aku beribadah kepadaMu, untuk bekal aku berbagi tanggungjawab dengan saudara-saudaraku.
Amien 

Tangerang, 6 Agustus 2013
18 Ramadhan 1434 Hijriyah

Tidak ada komentar: