PERSONALITY #2

"Hai ... kau ada di rumah? Aku mau datang." Begitu pesan WA kukirim pada seseorang yang sudah lama tidak bertemu.

"Ke siniiii ... aku ada, dan senang menyambutmu, hahahaha." Pesanku dibalas dengan gempita ... "jangan lupa capingku dibawa sekalian ya," pesan bersambung.


"Yap! Aku bawa sekalian capingmu, biar cepat dapat bonus," hihihi ... senangnya.

Dengan semangat bonus hari Minggu, aku telusuri jalan yang menjaraki rumahnya dan rumahku. Meskipun belum pernah datang, tidak menjadi kawatir karena dia janji akan menjemput di antara deretan ruko itu.

***
Sudah satu jam lebih aku menunggu di antara deretan ruko. Di bawah sengatan matahari pukul 12:00. Pesan WA terkirim, tapi tidak dibaca, ditelepon nadanya masuk, tapi tidak diterima.


"Pak, apa tahu rumah Tong Bajul, temanku?" kutanya seseorang di dekat pedagang rujak serut.
"Di blok apa rumahnya, Mbak?"

"Wah ... saya tidak tahu, Pak. Dia tadi meminta saya menunggu di sini, sudah satu jam tapi tidak muncul-muncul." Jawabku, agak kesal.

"Susah Mbak kalau tidak tahu blok-nya, ini perumahan ... orang jarang saling mengenal." Jawab lelaki setengah baya itu.

"Telepon lagi aja, Mbak. Mungkin sekarang sudah ada orangnya." Sarannya.

"Terima kasih, Pak." Aku pergi meninggalkannya.

***
Tong Bajul, teman lamaku. Sudah lama sekali kami tidak saling jumpa. Dia seorang yang baik dan peduli terhadap sesama. Segala rupa kegiatan sosial di masyarakat dia ikuti. Baginya kebahagian adalah, ketika bisa membantu orang lain. Sayang ... dia suka berubah pikiran mendadak, dan ketika dia berubah bisa bikin urusan nggak beres. Seperti hari ini, yang dilakukannya padaku ....


Tik ... tik ... tik, kutelepon ulang Tong Bajul ....

"Hah! Telepon tidak aktif? Mati aku! Setelah menunggu hampir dua jam." Hampir kubanting HP

"Mengapa tidak dibatalkan selagi aku masih di rumah, kalau kau tidak siap bertemu denganku, Tong Bajul?" aku bertanya pada angin.

Sudah sekian puluh tahun tidak berjumpa, ternyata dia belum berubah. Suka membatalkan janji tanpa pemberitahuan, apalagi alasan. Baginya cukup dengan mematikan seluruh jaringan teleponnya, dan tidak peduli apa yang dialami korbannya. Bagi Tong Bajul meminta maaf dan berterima kasih itu bukan hal yang penting. Berubah pikiran kapan saja, seolah jadi hak mutlak baginya, dan orang lain tidak boleh keberatan. Penyakit macam apa yang menghinggapi dia bertahun-tahun, dan sudah seakut ini?

****
"Tong Bajul, kau sosok personality yang bermasalah!" Hahahaha.





CitraRaya, 21 Pebruari 2016

Tidak ada komentar: