PADA BAGIAN AKHIR PERJALANAN

Ini adalah bagian akhir sebuah perjalanan, dari petualangan hidup yang hanya sebentar di alam fana.

Satu tahun setelah aku tidak lagi bekerja untuk Serikat Buruh, dengan proses yang di luar perkiraan ... aku memasuki dunia penerbitan dan percetakan. Dan ini adalah sebuah lompatan besar yang tidak pernah diduga oleh siapa pun, bahkan aku pun tidak membayangkan akan berada di dunia kerja seperti ini. Ini adalah sebuah aktivitas yang terkait dengan dunia kepenulisan, dunia sastra Indonesia. Yang konon katanya tidak banyak diminati orang, karena tidak menjanjikan kemewahan financial. Wah apakah hidup selalu harus kaya? hahaha ....

Adalah sebuah permulaan aku tergiring ke dunia kepenulisan melalui aktivitasku di dunia jejaring sosial facebook. Berbekal minatku pada dunia tulis menulis--yang sebetulnya belum pernah kesampaian, kecuali sebagai penulis tetap buku harian dan blog peribadiku hahaha. Di suatu sore aku masuk wallnya Gola Gong. Aku suka buku dan tulisan Gola Gong--pernah datang ke sanggarnya di Serang. Pernah juga suatu ketika bekerja bareng memantau "Pilkadal" dalam pemilihan Gubernur Banten

Dari wallnya Gong aku menemukan akun group facebook dengan nama Goresan Pena Sang Penulis (GPSP) "Wah group yang menarik nih, sepertinya di sini banyak penulis dan aku boleh menulis" pikirku waktu itu. Aku memutuskan untuk klik minta bergabung. Kira-kira dua hari kemudian permintaan bergabungku diterima oleh seseorang yang bernama Qinna Cakinna, kalau tidak salah begitu namanya. Sejak saat itu--kira-kira bulan Juli 2014 aku menjadi member GPSP yang rajin menulis--hampir tiap hari, rajin pula membaca postingan-postingan member yang lain. Aku juga termasuk mahluk oot yang suka mengkacaukan komentar, bahkan ketika orang lain lagi sangat serius membahas EYD hahahaha.

Dari beberapa postingan karya tulis hanya ada dua penulis yang paling aku sering baca tulisannya--pertama Dinda Prameswari yang kedua Dani Satata. Hanya dari dua penulis itu aku dapat kesan tulisan bagus. Selebihnya biasa-biasa saja, tidak terlalu mendalam kesannya.

Aku suka tulisan Dinda Prameswari, karena setiap membaca tulisannya aku selalu merasa sedang berhadapan dengan penulisnya. Tulisannya bicara padaku dengan ruh pemiliknya. Tulisannya halus tapi garang, sederhana tapi dahsyat, lugas terkadang bikin jiwa seperti diputar puting beliung. Bisa ikut kecewa, ikut marah, ikut terharu, pokoknya ikutan apa aja deh sama dia. 

"Gila ini orang, kok bisa mengaduk-aduk pikiran dan perasaan pembaca. Terkadang tulisannya mengesankan kesombongan" begitu aku berpikir tentang #Dinda. 

Sebetulnya tulisan yang paling aku suka dari dia adalah cerita horornya, sayangnya tulisan kaya gitu jarang muncul. Belakangan aku mengetahuinya bahwa dia sejatinya seorang penakut, hahaha ... lucu penakut bikin cerita horor. 

Lain halnya dengan Dani Satata. Aku suka dia, karena puisinya yang halus, santun dan religi. Bedanya seperti bumi dan langit dengan #Dinda. Tulisan Dani banyak mengharu biru perasaan. Sentakan-sentakan halusnya menyentuh kalbu, mengusik kesadaran akan keimanan, kemanusiaan dan hal-hal yang berbau filosofi. Aku suka ini, karena aku yang selama dua puluh tahun tertempa di dunia yang banyak berbicara tentang gerakan kemanusiaan. Rasaku terhadap Dani Satata, menemukan teman diskusi yang nyambung dan asik.

Selanjutnya aku lebih tertarik ngobrol di inbox. Dengan #Dinda lebih banyak membahas tulisan-tulisannya. Aku suka mengomentari tulisannya secara mendalam di bilik inbox. Menanyakan tentang cerita yang ada dibalik tulisannya, karena aku merasa semua tulisan #Dinda merupakan kata hatinya, cerita sejatinya. Bukan sekedar tulisan yang menggambarkan kepintaran dia berimajinasi saja. Aku yakin betul akan hal itu ... pokoknya yakin ngotot deh hehehe. Dan ternyata aku bisa membuktikan semua yang aku yakini dari #Dinda.

Inbox-ku dengan Dani yang paling asik dan gokil. Kita suka ngobrol yang aneh-aneh dan ajib, yang orang jarang membicarakannya. Seperti sepakat mengatakan Allah Maha Gila, Maha Sombong, Maha Iseng. Dani punya nama khusus dariku "Lowo Ijo" ini gegara dia bilang padaku "aku manusia dari kegelapan, yang suka mengisap daun-daun muda, aku bertempat tinggal di gua-gua, dan aku hanya ke luar pada malam hari." Tadinya aku bilang dia vampire, tapi kok aneh ya kalau di Indonesia ada vampire? akhirnya aku putuskan kasih nama dia "Lowo Ijo" panjangnya "Den Bagus Lowo Ijo" haha. Dan Lowo Ijo ini yang mengantarkan seorang perempuan cantik, halus, ramah dan baik hati. Yang belakangan aku ketahui dia seorang Doktor Psikologi, siapa lagi kalau bukan mbak Wiwi Ardhana. Aku Dani dan mbak Wiwi ini punya bilik khusus untuk ngobrol, yang kami beri nama "Kadarkum (Kadang sadar kadang kumat)" karena emang isi obrolannya kadang serius berbagi pengetahuan baru, kadang hanya ngobrol yang lucu-lucu dan saling ngebully saja. Tapi kami selalu menjaga etika dan tetap saling menghargai ... pokoknya asik punya deh hehehe.

Kembali ke soal aku akhirnya terjun ke dunia penulisan dan penerbitan, adalah efek dari intensitasku berkomunikasi dengan #Dinda. Sebagai penulis yang memiliki bakat, dia punya mimpi besar tentang dunia kepenulisan dan penerbitan. Dia ingin membuka sekolah sastra gratis untuk semua orang yang ingin belajar menulis. Dia ingin membantu para penulis pemula untuk menerbitkan tulisannya. Dia ingin melahirkan para penulis besar dan ternama dari tangannya, dari bekal secuil pengetahuan yang dia miliki di dunia tulis menulis. Mimpi besarnya ini sering berputar-butar dalam obrolan kami di inbox, sering berputar-putar dalam imajinasinya yang sering dia bagikan padaku.  

Untuk mewujudkan impiannya pertama aku sarankan agar dia keluar sebagai admin GPSP dan membuat akun group facebook sendiri. Sekalipun awalnya enggan akhirnya dia keluar juga. Dan pada 31 November 2014 dia membuat akun group facebook Dendang Indah Nada Sastra (DINS), yang saat ini baru memiliki dua ribu lebih member. Aku dijadikan admin pertamanya membantu dia mengelola group kecil ini. Sampai suatu saat pada tanggal 7 Desember 2014, dia nekad mendatangi rumahku di Tangerang dengan membawa rombongan. Kopdarku yang pertama dengannya ... sungguh ajaib Kuasa Allah.

Setelah Kopdar bulan Desember 2014, hubungan kami semakin dekat, semakin terbuka dengan semua masalah yang dihadapi. Akhirnya keinginan untuk mewujudkan mimpi #Dinda menjadi bahan diskusi intens antara aku dan dia. Sampai suatu ketika selepas salat malam, tiba-tiba tekadku menjadi bulat, bahwa aku akan menemani #Dinda mengejar mimpi besarnya itu. Mimpi yang sangat positif aku pikir. Sebagai generasi muda, di tengah-tengah kesibukannya sebagai pekerja di sebuah lembaga konsultan keuangan masih memikirkan tentang memelihara sastra Indonesia. Bahasa negara yang dia cintai. Dalam hal inilah yang membuat aku tergerak untuk menemaninya.

"Dinda, kalau misalkan aku siapkan uang 50 juta apa yang mau kamu lakukan?" tanyaku suatu ketika.

"Aku mau kontrak rumah di Semarang untuk kantor, di mana aku bisa menyimpan mesin cetak kecil yang bisa aku operasikan sendiri. Terus sebagian rumahnya aku jadikan taman baca yang ada cafenya, sekalian untuk ruang belajar," begitu dia menjawab dengan pasti dan meyakinkan. "Kenapa mom ... mau modalin aku?" ..."nggak aku cuman tanya doang" dia sewot denger aku jawab gitu hahaha.

"Dinda, aku mau nyariin modal untuk kamu untuk bikin usaha penerbitan, tapi syaratnya harus di Yogjakarta, bukan di Semarang," kali lain aku menawarkan dia.

"Di Yogjakarta udah kebanyakan mom, prospeknya bagusan di Semarang," alasannya.

"Nggak kamu harus di Yogjakarta, karena kamu tidak boleh jauh-jauh dari anakmu, kalau mau di Yogjakarta aku carikan modalnya, kalau nggak mau ya udah nggak perlu punya penerbitan sendiri." Aku memaksa hahaha. Hingga suatu saat dia mengatakan kepadaku, kalau dia sudah Bismillah untuk menetap di Yogjakarta.

Yang terjadi selanjutnya kami dapat pinjaman modal dari program UKM-nya mandiri cabang Citra Raya sebesar Rp 150.000.000. Dan DINS resmi menjadi sebuah CV yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan. Kami mengontrak sebuah rumah di daerah Sleman, yang dijadikan kantor, tempat tinggal dan tempat belajar. Dengan modal itu juga kami membeli 2 buah mesin cetak sendiri. Seorang member DINS kami rekrut menjadi pegawai di kantor--Wahyuu Deny Putra. Sedangkan DINS masih jadi group facebook sastra untuk belajar dan menjaring minat dan bakat menulis member, melalui project latihan penulisan mingguan.

Semoga aku dan Dinda bisa menjadi partner usaha, saudara seiring dalam mengejar mimpi besar. Bisa memberi manfaat kepada yang lain sesuai kemampuan kami.

Alhamdulillah semoga menjadi ladang amal, menjadi sumber inspirasi untuk yang lain. Dan menjadi usaha yang bekah.



Citra Raya, 25 Maret 2015
Happy Bird Day Domine Tabitha


 


Tidak ada komentar: