MENYUSURI LORONG GELAP

Tanggal 18 April 2015
Pukul 01.15 dini hari, tiba-tiba saja telepon berdering kencang membangunkan aku dan se-isi rumah ... kaget, Siti yang baru saja terlelap gemetar dengan jantung berpacu lebih cepat. Karena memang dia dalam keadaan sakit ... selanjutnya dia muntah-muntah dan tidak bisa tidur lagi ....

Sementara penelepon menutup teleponnya sebelum kuangkat ... baru untuk bunyi yang kedua kalinya aku bisa mendengar suaranya yang sedang marah, bicara tentang sesuatu yang kurang jelas kutangkap antara kalimat 'akun Larasati dan Halim' what is that?!! telepon ditutup. Lalu kutelepon balik ... sedikit agak jelas 'ini soal dusta yang tertimbun' di mana aku pernah terluka, karena merasa ditipu mentah-mentah. Tapi sesungguhnya saat ini aku sedang berjuang untuk melupakan dan mengobati luka hatiku sendiri, dengan terus melihat segala hal positif dari dirinya ... demi untuk sebuah mimpi besar yang sedang dia kejar.

Dengan telepon dini hari itu, luka hati kembali terbuka. Dan lebih menyakitkan lagi, bunyi telepon itu telah membuat aku bertengkar hebat dengan Siti, dan itu lebih memperparah luka hatiku ... akhirnya memang aku harus sendirian menyusuri 'Lorong Gelap' yang terlanjur digali dan aku sudah bertahun-tahun terperangkap di dalamnya.Bacaan Qur'an-ku tertunda pada dini hari ini ... sampa aku berwudu kembali, lalu ruku dan sujud kembali untuk menyerahkan segala urusanku kepada-Nya. 

Setelah melafalkan doa panjang, aku lanjutkan bacaan ayat-ayat-Nya. Kembali inbox itu menggangguku dengan ancaman konyolnya ... sambil terus melafalkan Firman-Nya, dengan sangat terpaksa aku tulis kepadamu "Suamimu,puasss!! dan itu telah mengganggu keluargaku. Camkan itu!!! mengganggu keluargaku!!!" Tiba-tiba saja ada yang bergerak dalam otak kecilku ... perintah untuk segera mematikan seluruh saluran alat komunikasi dan terutama akun facebookku. Sudah cukup segala toleransi dan kesabaran ... sudah cukup semuanya aku lakukan dengan tulus dan penuh cinta, tetapi bukan cinta yang aku miliki yang dia butuhkan. Melainkan cinta yang hura-hura, cinta syahwat dan nafsu angkara ... dan itu bukan duniaku sama sekali.

Biarlah aku "Menyusuri Lorong Gelap" dengan lentera yang akan aku nyalakan tiap hari, lentera hatiku sendiri, lentera dari cahaya Illahi. Yang kulantun dengan doa dan ayat-ayat dari Firman-Nya. Cukuplah bagiku Dia penolongku, bukan apa pun dan bukan siapa pun. Aku harus berkejaran dengan waktuku yang semakin senja, sehingga jika malam pun tiba aku tidak terbaring dalam kegelapan ... aku ingin terbaring di sisi-Nya dalam kemulyaan sebagai manusia yang ber-iman dalam keadaan Islam yang sesungguhnya. Aamiin

Wallahu'alam Bissowab





Citra Raya, 18 April 2015
'Lentera Hati, Cahaya Illahi'

Tidak ada komentar: