UPAH BURUH UNTUK KEKUATKAN EKONOMI MASYARAKAT

Gunjang ganjing aksi demo buruh di seluruh Indonesia, yang dimulai bulan September hingga kini masih belum usai, karena kabupaten Serang, di wilayah propinsi Banten masih akan melakukannya yanggal 9 Desember, lusa. Demo konstan ini seluruhnya difokuskan pada kenaikan upah minimum tahun 2014.

Tuntutan yang digaungkan UMK 2014 harus naik 50%, untuk wilayah Jabodetabek diserukan 3,7 juta sebagai harga mati. Hal ini merujuk pada kenaikan harga-harga akibat kenaikan BBM, yang tidak tertolakan pada pertengahan tahun 2013.

Aksi terdahsyat tahun 2013, terjadi pada tanggal 3 Desember 2013, dilakukan oleh tiga daerah Kota dan Kabupaten di wilayah Banten (Tangerang Raya dan Serang Raya), diperkirakan ada 100 ribu buruh turun ke jalan, memblokir seluruh ruas jalan tol Jakarta - Merak dan Bandara Soekarno-Hatta. Selain kemacetan sehari penuh, banyak cerita menegangkan dan mengagumkan juga. Ada cerita beberapa demonstran pingsan karena diterjang gas air mata, ada buruh yang dipentung dan dikurung di kantor polisi. Bahkan ada seorang ibu yang akan dibawa ke rumah sakit bersalin, untuk dioperasi karena baby nya sungsang, melahirkan dalam jebakan macet dengan normal, dan baby nya berputar posisi menjadi tidak sungsang lagi, Subhanallah, menakjubkan dan lucu juga hahahaha.

Mengingat-ngingat itu saya jadi senyum-senyum sendiri, ada serangkaian dialog dalam pikiran saya, dalam andai-andai keterbukaan, keadilan dan kebersamaan, rasanya indaaaah...........

Jumlah buruh formal di Indonesia diperkirakan ada sekitar 38 juta orang, selain sebagai "alat vital produksi" yang mampu menggerakan mesin produksi, menghasilkan barang berlimpah, kelompok buruh ini juga merupakan pasar yang sangat besar, dan menjanjikan keuntungan besar juga untuk perdagangan. Tapi kelompok buruh ini hanya bisa mendatangkan keuntungan yang besar, kalau mereka juga punya penghasilan yang besar (baca layak)

Kelompok buruh yang jumlahnya 38 juta orang tersebut, juga akan memberikan kontribusi jauh lebih besar pada pertumbuhan ekenomi Indonesia, jika mereka berpenghasilan tinggi, dibandingkan dengan yang dilakukan oleh kaum konglomerasi, kelompok penguasa (pejabat), golongan kaya di Indonesia. Selain jumlah mereka tidak sebanyak buruh, mereka juga punya "Trend Live Style" luar negeri mainded. Segalanya harus made in luar negeri, pakaian, kosmetik, kesehatan, bahkan hanya sekedar ngopi dan ngobrol saja pake ke Singapur. Dan tidak sedikit yang membeli properti di luar Indonesia.

Buruh Indonesia akan membelanjakan seluruh upah dan penghasilannya di negerinya sendiri, bahkan membawanya pulang ke kampung halaman. Budaya mudik atau pulang kampung, merupakan sirkulasi yang efektif untuk melakuakn pemerataan pembangunan ekonomi masyarakat, melalui buruh. 

Jika saja pemerintah belum terjerat oleh politik "Balas Budi" kalau gak mau dibilang terjerat "Rentenir Global" tentunya pemerintah bisa membangun ekonomi negeri bersama masyarakat buruh. Intervensi dan keberpihakan pemerintah terhadap perbaikan upah buruh, perbaikan kondisi kerja yang lainnya, tentu saja akan memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian bangsa. Bahkan perusahahaan-perusahaan branding bisa menjual 50% barangnya di Indonesia, karena masyaraakat Indonesia akan menjadi konsumennya. Bukan kah kondisi itu akan jauh lebih menguntungkan?

Belum sumbangan dari pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kita bisa menanam semuanya, mengolah semuanya, sekaligus menjual kepada penduduk negeri sendiri. Jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa, itu merupakan pasar dalam negeri yang mampu membangun negerinya sendiri. Amazing!

Negeri kita sudah terjebak dalam "Hutang Jasa pada Rentenir Global" sistem pemerintahan kita dikendalikan oleh para pemilik modal global, sistim perdagangan dan industri, sistim pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan, semuanya harus patuh dan mengikuti kehendak negara para pemodal (baca rentenir). Bahkan bagaimana memperlakukan rakyat sendiri, buruh, petani dan nelayan harus seperti apa yang dimaui para negara rentenir itu. Dengan cara apa diaturnya? tentu saja melalui sistem legislasi (perundang-undangan) negara. Pemerintah dan DPR, akhirnya mereka sama saja, hanya menjadi robot kekuatan asing, dan kita menjadi rakyat yang dijajah asing, melalui kekuasaan pemimpin yang kita pilih sendiri. Kalau gak bisa dibilang "Gaya Bunuh Diri Modern" hehehehe.

Tidak ada kata terlambat untuk kaum buruh, menyadari kondisi ini. Serikat buruh yang sehat, yang paling mungkin untuk dijadikan kendaraan perjuangan untuk melakukan perlawanan. Buruh yang terorganisir dengan baik, memiliki sumber keuangan yang independent, harus dibangun militansinya untuk menggalang perjuangan melawan neolibralisasi, bukan hanya dalam lingkaran tembok pabrik, tetapi di gedung-gedung yang memproduk kebijakan untuk mengatur kehidupan rakyat. Wallahu'alam Bissowab

Andai saja, kita bisa bangkit bersama melakukan perlawanan ..........................

Salam perjuangan untuk kaum buruh!!

Jakarta, 7 Desember 2013 

Tidak ada komentar: