PENGABDIAN ABU-ABU



Sebuah catatan harian, dari sepenggal perjalanan hidup ku, suatu ketika.

Bisnis melulu! begitu komentar singkat ku, ketika aku bolak-balik gagal, menghubungi seorang sekretaris daerah, untuk pekerjaan serikat yang seharusnya menjadi tanggung jawab sang sekretaris. Tapi alangkah tercengangnya ketika menerima respon dari mereka. Serikat kan bukan tempat mencari uang mbak, kalau gak bisnis kita gak makan dong!


Hah?! Sudah sejauh itukah mereka menggunakan baju serikat, untuk pakean seragam bisnis. Sadarkah apa artinya pernyataan itu? Sadarkah apa yang dilakukannya, bahwa mereka sudah salah menggunakan pakean seragam. Karena salah menggunakan kostum, ribuan orang tidak berdosa bisa dikorbankan. Terpikirlah itu oleh kalian, kawan?!


Neng tolong bapak, buatkan surat dispensasi untuk ke pabrik ya, bilang aja ada rapat organisasi di Bandung. Dua hari mendatang bapak ada urusan bisnis di Bandung, selama tiga hari. “Boleh pak, tapi jangan lupa oleh-oleh ya, staf secretariat menjawab”  Tenang neng, kamu minta dibelikan apa? Pokoknya oleh-oleh nomor satu untuk kamu. Jangan lupa juga keluarkan uang dinasnya ya dari kas harian, untuk dinas tiga hari, untuk penginapan dan uang saku. “Beres pak!” Si neng menjawab dengan sigap dan cekatan.


Kriiiiing! Kriiiing! Kriiiing! Maaf nomor telephon yang anda panggil tidak ada yang mengangkat, karena secretariat kosong. Haduh! Bagaimana sih, apa saja kerjaan pengurus selama ini. Udah dibayar gaji, pulsa, makan, jalan-jalan. Semuanya dari iuran anggota. Giliran kita perlu, telephon gak ada yang ngangkat, secretariat kosong melompong. Pendidikan sudah tinggal satu hari lagi, suratnya belum dikirim, dikiranya kita bekerja di pabrik nenek moyangnya kali ya? Bisa pergi begitu saja, gak sopan pisan! Begitu ketua basis ngomel gak habis-habis.


Ternyata, ketika pak ketua dan sekretaris pergi berbisnis, si neng yang jadi staf secretariat juga pergi dengan bisnisnya sendiri. Main-main, bersenang-senang, jalan-jalan di mall, nobar sama konco-konco sehati dan sepikiran. Si neng pikir, tidak apa-apa lah, kan saya sudah memberikan legitimasi terhadap kebohongan yang dilakukan ketua dan sekretaris, kalau saya diapa-apakan anggota, pasti dibela lah. Kartu “trup” ketua dan sekretaris ada di tangan saya, hahahahahaha. Demikian “Lingkaran Setan” kecil-kecilan, mulai dibangun.


Bisnis peribadi, dengan menggunakan kostum organisasi, sama saja artinya mencari kekayaan dari organisasi. Bisnis peribadi, dengan menggunakan waktu, yang seharusnya digunakan untuk melayani anggota, sama dengan mencari kekayaan dari organisasi. Melakukan perjalanan bisnis peribadi, dengan menggunakan fasilitas dari iuran anggota, sama artinya mencari keuntungan dari organisasi. Jadi pernyataan, bahwa organisasi bukan tempat mencari uang dan kekayaan itu menjadi terbantahkan, bukan? Yang lebih celaka lagi, dengan jabatan ketua dalam organisasi, menyepakati kebijakan yang berlawanan dengan kepentingan anggota. Hanya untuk sejumlah bayaran, untuk sejumlah kesenangan, yang dinikmati secara peribadi.


Jangan heran, kalau event-event pergantian pengurus, tidak pernah menjadi ajang silaturrahmi, sebuah demokrasi selayaknya dilakukan dengan suka rela, dengan kesadaran untuk membangun, sebuah kepentingan besar, dalam perjuangan bersama. Tidak ada “Black Campaigne” tidak ada saling “Hasut” dan “Menjelek-jelekan” orang-orang yang “Sudah Jelek” sekali hahahahaha.


Idiologi perjuangan, diam-diam diselingkuhkan dengan kepentingan-kepentingan kekuasaan peribadi. hasilnya hegemoni kekuasaan, menjadi anak haram yang mencemari perjuangan, anggota yang sudah merelakan harta dan tenaganya, disia-siakan, dinistakan, dalam peruntungan nasib masa depan, dirinya dan keluarganya.

Ini adalah praktek “Kejahatan Bertopeng Pengabdian” atau “ PENGABDIAN ABU-ABU” Jika sudah menjadi labirin, maka semuanya akan masuk ke dalam pusara kematian, tanpa kehilangan nyawa. Kita hanya akan bertemu dengan robot-robot syahwat, berperut buncit, mukanya berminyak. Yang bicaranya dibagus-baguskan, tetapi pekerjaannya menjerumuskan. Audzubillahimindzalik, jika tidak mau berhenti juga, Allah pasti akan memberhentikan langkahnya #tungguwaktu.


Jakarta,  September 2013



Tidak ada komentar: