TEMPAT PENITIPAN ANAK BAGIAN ISU BURUH PEREMPUAN UNTUK DIPERJUANGKAN



 Ditulis oleh : Izzah Inzamliyah

Beberapa waktu lalu pasca kecelakaan anjloknya KA Malabar aku membaca bahwa salah seorang korban adalah seorang ibu Sabtu Minggu, artinya seorang ibu yang hanya bertemu dengan anaknya di hari Sabtu Minggu karena di hari kerja dia harus bekerja.


Lalu hari ini aku membaca status facebook seorang kawan yang merindukan jagoan-jagoannya yang terpaksa harus dititipkan di kampung halaman karena satu dan lain hal. Dan aku merasakan betul betapa pedihnya hati kawanku itu. Betapa rindu-nya dia terhadap anak-anaknya. Ya, menjadi seorang ibu membuatku paham bagaimana rasanya tak bisa melihat buah hati kita setiap hari. Bagaimana sedihnya tak bisa melihat setiap milestone pertumbuhan mereka. Tengkurap pertama. Langkah pertama. Kata pertama. Makanan kesukaan. Kecerdasan demi kecerdasan yang terbangun seiring bertambahnya usia. Dan masih banyak lagi yang ingin selalu direkam oleh para orang tua itu. Mungkin hal-hal itu nampak hanya seperti hal remeh buat sebagian orang. Tapi bagi seorang ibu dan ayah, semua itu adalah pencapaian yang luar biasa. Mengalahkan rasa mendapatkan hadiah berjuta-juta. Jadi aku bisa membayangkan bahwa situasi ini pasti bukanlah situasi yang diinginkan oleh para ibu yang harus terpisah dengan buah hatinya tersebut.


Hari ini aku mencoba melemparkan pertanyaan di facebook dan twitter-ku. Menanyakan apa pendapat orang soal orang tua yang menitipkan anaknya di kampung halaman. So far dalam waktu 15 menit hanya ada satu komentar dari seorang teman. Dia berkata “ya sebenarnya kasihan dua-duanya sih, tapi mungkin karena faktor ekonomi jadi terpaksa deh dititipkan”. Lalu kutanya lagi “menurutmu orang tuanya salah nggak?” dan jawabannya adalah “Yah salah, ntar giliran anaknya gak kenal sama orang tuanya, (mereka) sedih”. Terdengar akrab ya pendapat semacam itu. Bahwa semua ini adalah terpaksa karena adanya faktor ekonomi tapi tetap saja, itu adalah kesalahan orang tua.

Anda setuju dengan pendapat kawan saya itu? Saya tidak. Kenapa? Karena memang mereka tak punya pilihan. Buat perempuan yang suka bekerja dan memang ingin bekerja untuk mendapatkan pendapatan atau sekadar eksistensi, maka tidak bekerja bukanlah pilihan. Karena mereka suka melakukannya. Titik. Tak ada lagi opsi lain. Memaksa mereka untuk tinggal di rumah akan membuat mereka merasa tak lengkap. Eh tapi mungkin ini saya deh, gak berlaku untuk semua perempuan bekerja di luar sana hehe. Masalahnya adalah masyarakat terkesan tak adil dalam hal ini. Mengapa yang dipaksa untuk memilih bekerja atau tidak bekerja hanya perempuan saja. Mengapa laki-laki tidak dihadapkan pada dilema yang sama. Mengapa tidak diserahkan saja pemilihan siapa yang bekerja atau tidak bekerja di lingkup keluarga mereka saja tanpa kita sebagai orang luar mencoba menghakimi.


Ok, saya tahu menuliskan ini akan memicu perasaan sentimentil saya dan segala hal yang mungkin terbaca sangat subyektif, tapi sesungguhnya saya hanya ingin agar kita bisa melihat sebuah hal dengan semestinya. Jadi mari kembali kepada isu soal anak yang terpaksa harus dititipkan di kampung halaman para ibu atau bapak ini.


Dari pengamatan sederhana saya rata-rata alasan para orang tua menitipkan anak adalah karena:

  1. Biaya mbak-mbak pengasuh anak sangat mahal di kota besar. Orang tua bergaji upah minimum takkan sanggup membayar jasa pengasuh ini.
  2. Beberapa puluh tahun lalu ada solusi yang bisa diambil dengan menitipkan ke tetangga, namun tahun-tahun belakangan ini makin sulit juga melakukan hal itu karena para tetangga juga tak mau mendapatkan penghasilan sebesar 500-700 rb sebulan dan harus mengurus anak sejak pagi hingga malam. 
  3.  Katakanlah karena lemburan yang tak berkesudahan para orang tua itu mampu menggaji lumayan, ternyata inipun masih terkendala bahwa sekarang ini tak banyak orang yang mau bekerja menjadi pengasuh anak. Jadi makin sulit mencari mbak pengasuh full time. 
  4. Sementara tempat penitipan anak yang lokasinya terjangkau mayoritas para orang tua itu hampir tak ada. 
  5.  Alasan lain adalah biaya hidup dan biaya sekolah di kota-kota padat industri mahal sementara di kampung halaman relatif lebih terjangkau.
Jadi memang sekali lagi ini isu ekonomi. Persoalan anak ini juga merupakan isu ekonomi. Dan berarti ini juga persoalan politik. Persoalan kebijakan. Coba bayangkan jika ada ketentuan yang mengatur bahwa dalam satu RT diwajibkan ada minimal satu tempat penitipan anak yang dikelola oleh pemerintah dan komunitas. Sistem pembiayaan tanggung renteng. Orang tua tetap wajib membayar. Tapi pemerintah juga mensubsidi. Pengelola dan pengasuh dilatih dengan baik. Mereka juga disupervisi dengan ketat.

Seorang teman di Tangerang mencoba mengambil inisiatif ini. Dia mengorganisir ibu-ibu untuk menjadi pengasuh di TPA yang ia dirikan dengan mandiri. Dan sebagian besar anak-anak itu adalah anak buruh pabrik di lingkungan sekitarnya. Keuntungan untuk para ibu itu adalah mereka bisa bekerja dengan tenang. Sehingga mereka bisa produktif. Tapi mereka juga tetap bisa bertemu buah hati mereka setiap hari selepas kerja. Tak perlu menunggu libur panjang. Tak perlu menunggu Sabtu-Minggu. Anak senang. Orang tua juga tenang.

Menurutku ini area yang juga harus menjadi fokus para aktivis serikat buruh. Advokasi upah yang adil penting sekali, namun advokasi kebijakan untuk isu selain upah juga harus terus dilakukan secara simultan. Advokasi untuk memastikan hak anak dan hak orang tua terpenuhi juga menurutku penting sekali.

Entah kapan ini akan bisa terjadi, tapi kalau kita tidak mulai mewacanakan mungkin hal ini takkan pernah terwujud.

PENGABDIAN ABU-ABU



Sebuah catatan harian, dari sepenggal perjalanan hidup ku, suatu ketika.

Bisnis melulu! begitu komentar singkat ku, ketika aku bolak-balik gagal, menghubungi seorang sekretaris daerah, untuk pekerjaan serikat yang seharusnya menjadi tanggung jawab sang sekretaris. Tapi alangkah tercengangnya ketika menerima respon dari mereka. Serikat kan bukan tempat mencari uang mbak, kalau gak bisnis kita gak makan dong!


Hah?! Sudah sejauh itukah mereka menggunakan baju serikat, untuk pakean seragam bisnis. Sadarkah apa artinya pernyataan itu? Sadarkah apa yang dilakukannya, bahwa mereka sudah salah menggunakan pakean seragam. Karena salah menggunakan kostum, ribuan orang tidak berdosa bisa dikorbankan. Terpikirlah itu oleh kalian, kawan?!


Neng tolong bapak, buatkan surat dispensasi untuk ke pabrik ya, bilang aja ada rapat organisasi di Bandung. Dua hari mendatang bapak ada urusan bisnis di Bandung, selama tiga hari. “Boleh pak, tapi jangan lupa oleh-oleh ya, staf secretariat menjawab”  Tenang neng, kamu minta dibelikan apa? Pokoknya oleh-oleh nomor satu untuk kamu. Jangan lupa juga keluarkan uang dinasnya ya dari kas harian, untuk dinas tiga hari, untuk penginapan dan uang saku. “Beres pak!” Si neng menjawab dengan sigap dan cekatan.


Kriiiiing! Kriiiing! Kriiiing! Maaf nomor telephon yang anda panggil tidak ada yang mengangkat, karena secretariat kosong. Haduh! Bagaimana sih, apa saja kerjaan pengurus selama ini. Udah dibayar gaji, pulsa, makan, jalan-jalan. Semuanya dari iuran anggota. Giliran kita perlu, telephon gak ada yang ngangkat, secretariat kosong melompong. Pendidikan sudah tinggal satu hari lagi, suratnya belum dikirim, dikiranya kita bekerja di pabrik nenek moyangnya kali ya? Bisa pergi begitu saja, gak sopan pisan! Begitu ketua basis ngomel gak habis-habis.


Ternyata, ketika pak ketua dan sekretaris pergi berbisnis, si neng yang jadi staf secretariat juga pergi dengan bisnisnya sendiri. Main-main, bersenang-senang, jalan-jalan di mall, nobar sama konco-konco sehati dan sepikiran. Si neng pikir, tidak apa-apa lah, kan saya sudah memberikan legitimasi terhadap kebohongan yang dilakukan ketua dan sekretaris, kalau saya diapa-apakan anggota, pasti dibela lah. Kartu “trup” ketua dan sekretaris ada di tangan saya, hahahahahaha. Demikian “Lingkaran Setan” kecil-kecilan, mulai dibangun.


Bisnis peribadi, dengan menggunakan kostum organisasi, sama saja artinya mencari kekayaan dari organisasi. Bisnis peribadi, dengan menggunakan waktu, yang seharusnya digunakan untuk melayani anggota, sama dengan mencari kekayaan dari organisasi. Melakukan perjalanan bisnis peribadi, dengan menggunakan fasilitas dari iuran anggota, sama artinya mencari keuntungan dari organisasi. Jadi pernyataan, bahwa organisasi bukan tempat mencari uang dan kekayaan itu menjadi terbantahkan, bukan? Yang lebih celaka lagi, dengan jabatan ketua dalam organisasi, menyepakati kebijakan yang berlawanan dengan kepentingan anggota. Hanya untuk sejumlah bayaran, untuk sejumlah kesenangan, yang dinikmati secara peribadi.


Jangan heran, kalau event-event pergantian pengurus, tidak pernah menjadi ajang silaturrahmi, sebuah demokrasi selayaknya dilakukan dengan suka rela, dengan kesadaran untuk membangun, sebuah kepentingan besar, dalam perjuangan bersama. Tidak ada “Black Campaigne” tidak ada saling “Hasut” dan “Menjelek-jelekan” orang-orang yang “Sudah Jelek” sekali hahahahaha.


Idiologi perjuangan, diam-diam diselingkuhkan dengan kepentingan-kepentingan kekuasaan peribadi. hasilnya hegemoni kekuasaan, menjadi anak haram yang mencemari perjuangan, anggota yang sudah merelakan harta dan tenaganya, disia-siakan, dinistakan, dalam peruntungan nasib masa depan, dirinya dan keluarganya.

Ini adalah praktek “Kejahatan Bertopeng Pengabdian” atau “ PENGABDIAN ABU-ABU” Jika sudah menjadi labirin, maka semuanya akan masuk ke dalam pusara kematian, tanpa kehilangan nyawa. Kita hanya akan bertemu dengan robot-robot syahwat, berperut buncit, mukanya berminyak. Yang bicaranya dibagus-baguskan, tetapi pekerjaannya menjerumuskan. Audzubillahimindzalik, jika tidak mau berhenti juga, Allah pasti akan memberhentikan langkahnya #tungguwaktu.


Jakarta,  September 2013



Move-ON Jangan O-ON

Perubahan (Move-ON), kalimat yang sering digembar-gemborkan dengan lantang, mudah, murah plus dengan gaya keminter. Tapi kita selalu bingung ketika ditanya, apa yang ingin dirubah? perubahan seperti apa yang akan dilakukan? jawabnya "ya yang penting berubah, gak kaya sekarang ini". Sekarang ini kaya apa memang? lagi-lagi pasti kita bingung dan tidak punya diskripsi yang jelas tentang hari ini "pokoknya sekarang ini kacau, pemimpinnya gak bener, harus diganti" biasanya kita mencercau, kaya orang ngelindur, hahahahahaha

Untuk melakukan sebuah perubahan, pastikan kita memiliki peta kondisi yang ada saat ini, secara riel dan objektif (mengakui plusnya, selain sejuta minusnya). Yang kedua pastikan, kita memiliki visi (impian/cita-cita) yang realistis, untuk menggantikan kondisi yang ada saat ini. Visi ini harus nyata (realistis), bisa diukur dengan waktu yang tersedia, dengan sumber daya yang ada dan dengan sumber dana yang kita punya.

Contoh Visi yang gak jelas "Ingin mensejahterakan seluruh buruh Indonesia" apa bentuk kesejahteraannya, buruh yang mana saja yang mau disejahterakan, kapan itu kesejahteraan akan dicapai dan dirasakan buruh? Visi ini hanya enak didengar, tapi gak jelas wujudnya, gak kebayang  gimana cara mengusahakannya.

Kalau Visi nya sudah pasti dan jelas, selanjutnya tentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan (Acti-ON) untuk mewujudkan visi tersebut. Apa saja kegiatannya, bagaimana tahapan-tahapan melakukannya, dimana akan dilakukannya, dari kapan sampai kapan akan dilakukannya.

Tahapan kegiatan-kegiatan (Acti-ON) sudah jelas, pastikan bahwa kita memiliki Passi-ON (bakat, minat dan keahlian) yang memadai untuk melakukan seluruh kegiatan dalam upaya mewujudkan visi kita. Untuk itu kita perlu melakukan Collaborati-ON dengan sumber daya dan sumber dana yang bersedia melakukan seluruh rangkaian kegiatan untuk mewujudkan visi kita tersebut.

Pastikan bahwa semua pihak yang ber-Collaborati-ON dengan kita memiliki pemahaman yang sama terhadap Visi kita, memiliki passi-ON yang dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita/impian kita, bersedia menjadikan visi kita sebagai visi bersama. Jika semua ini bisa dilakukan dengan konsisten sesuai rulenya, semestinya perubahan (Move-ON) yang kita inginkan akan terwujud, sesuai dengan waktu yang kita tentukan.

Ingat! bicara Perubahan (Move-ON) kita harus memiliki: Visi-ON, Acti-ON, Passi-ON dan Collaborati-ON 
 
"Salam Perubahan, Menuju Buruh Indonesia Lebih Baik"
Penting bagi yang pengen banget ‪#‎JADIPEMIMPIN‬
 
Tangerang, 30 Maret 2014

BINATANG ANEH "HARGA DIRI"

Dulu aku sering ngomong kepada kawan ku, bahwa menghadapi persoalan hidup itu harus punya sikap yang kuat, teguh dalam memegang prinsip, karena dengan cara itu kita memiliki harga diri. Terus aku sering diselorohi kawan-kawan ku juga, berapa sih harganya dirimu? hahahaha, iya juga ya

Harga diri itu apa ya maknanya bagi seseorang? sama kah untuk setiap orang? orang sering marah besar karena merasa tidak dihargai oleh orang lain. Bahkan soal harga diri ini tidak jarang menyebabkan orang bunuh-bunuhan. Lalu kalau ada orang yang membunuh karena persoalan harga diri, masihkah dirinya berharga, setelah melakukan pembunuhan yang katanya terpaksa dilakukan karena membela harga diri?

Menyangkut harga diri juga katanya, kalau dikritik atau diberi masukan oleh bawahan atau rakyat langsung menerima. Harusnya menolak, kalau perlu marah, kan kita pemimpinnya, kita yang punya kuasa. Kenapa bawahan yang harus mengatur hidup kita? konon katanya sikap itu juga perlu diperlihatkan untuk menjaga wibawa dan harga diri pimpinan, hehehehe.

Ada orang yang merasa kaya banget, lalu dia menolak untuk bergaul dengan orang-orang biasa (biasa miskin), itu juga karena alasan harga diri katanya. Ada juga orang-orang yang merasa pinter banget, menolak bergaul dengan orang-orang biasa (biasa dianggap bodoh), itu juga demi harga diri, hihihihi.

Binatang harga diri ini memang aneh, sering membuat manusia bertindak dan berperilaku, yang tidak patut dihargai. Untuk menjadi kaya banget, bertindak maling (korupsi). Untuk kelihatan paling pintar, membodohi sesamanya. Bukankah harga diri itu nampak menjadi aneh?

Aneh memang, kita itu sering membicarakan sesuatu yang kita sendiri tidak faham maknanya. Lebih aneh lagi kita juga sering membela sesuatu atau seseorang yang tidak kita fahami keberadaan manfaatnya untuk kita.

Aneh, tiba-tiba saya ingin menulis tentang binatang aneh "Harga Diri"

Tangerang, 22 Pebruari 2014



MENIKMATI HARI-HARI, TANPA BEBAN

Satu bulan sudah berlalu, dari sejak aku dipensiunkan oleh sistem rekrutment kepemimpinan dalam organisasi, dimana selama 19 tahun aku mengabdikan diri pada perjuangan "Gerakan Serikat Buruh".

Minggu pertama aku nikmati sebagai waktu-waktu untuk istirahat, mengistirahatkan saraf dari kepenatan berfikir keras, yang aku lakoni selama itu, tanpa henti tanpa pernah berpaling kelain hati hehehe.

Minggu kedua, aku mulai menata ulang struktur logika ku, memetakan rencana-rencana kegiatan yang akan aku jalani pada hari-hari berikutnya. Aku akan memasuki komunitas yang berbeda, yang selama satu tahun sudah aku ikuti secara sambil lalu. Langkah pertama yang aku lakukan mengikuti STIFIn WSLP, di Jl. Swadaya II Pasar Minggu Jakarta Selatan, selama 3 hari. Untuk mendapatkan lisensi promotor resmi dari penemu STIFIn. Bahwa setelah ini, dengan predikat lulus dan bersertifikat aku bisa menjadi promotor resmi STIFIn, terutama untuk wilayah Banten. Karena aku sendiri masuk Tim Kerja Rumah Stifin Banten (RSB). 

Situasi ku saat ini sama persis seperti ketika aku baru pertama kali jadi Tim Kerja DPP SPN (dh/FSPTSK) pada tahun 1999. Statusnya berjuang menumbuhkan, mengembangkan dan membesarkan organisasi.  

Seiring dengan itu, dalam perjalanan kali ini aku juga bertemu dengan komunitas bisnis V-Pay-jasa transaksi kebutuhan primer masyarakat, diantaranya penjualan pulsa telphon celuller, pembayaran tagihan listrik, tagihan air, tagihan telphon kabel, bahkan sampai tagihan PBB dan KPR BTN. 
 
Yang membuat aku tertarik dari bisnis ini karena kepraktisannya. Bisnis dengan investasi hanya RP 275.000,- dijalankan dengan alat kerja telphon celuller saja. Tidak butuh ruangan kerja khusus (toko) dan juga waktu secara khusus berjam-jam di suatu tempat. Bisnis bisa dilakukan di mana saja, sambil apa saja, bahkan sambil istirahat atau tidur-tiduran bisa menjalankan bisnis. Menjanjikan penghasilan cukup besar, jika menjalankannya dengan tekun dan serius hehehehe "tentu saja atuh"

Hal menarik lainnya dari bisnis ini, dikendalikan langsung oleh seorang Ustadz Yusuf Mansyur (UYM), memang kedengarannya agak naif gitu ya hehehe, tetapi faktanya aku emang menjadi jatuh yakin, karena label UYM itu, serius! 

Visi UYM dalam menjalankan bisnis ini "Membeli Indonesia Kembali dengan Indonesia Berjamaah". Sebagai bagian anak bangsa UYM sadar betul, bahwa hampir seluruh BUMN dan per-Bankan Indonesia sudah dimiliki bangsa asing, apalagi yang kita punyai? sudah hampir ludes, tergadaikan .................

Bisnis ini bisnis uang recehan. Bagaimana menghimpun biaya administrasi yang selama ini dikeluarkan oleh masyarakat dalam semua transaksinya-dari pembayaran tagihan listrik, telphon, pembelian pulsa, beli tiket KA, pesawat, tagihan kartu kredit, e-banking dsb, menurut menteri BUMN jumlahnya tidak kurang dari 32T/bulan dan semuanya dinikmati oleh para provider, bank dan lain-lainnya, yang nota bene semuanya milik orang asing. Keprihatinan menteri BUMN atas kondisi ini ditangkap UYM sebagai peluang bisnis, sekaligus cara mengembalikan uang recehan itu kepada masyarakat yang melakukan transaksi, dalam bentuk cashback.

Bisnis ini bernama VSI, yang sistemnya dijual bebas kepada masyarakat umum dengan harga hanya Rp 275.000,-. Dengan menanam modal tersebut kita akan mendapatkan ID yang merupakan lisensi, di mana kita punya hak untuk menjadi bagian dari bisnis dan mengoperasikannya di seluruh wilayah Indonesia. Bisnis ini bisa kita miliki seumur hidup, dan dapat diwariskan kepada keluarga. 

Alhamdulillah, terus terang aku merasa bersyukur bertemu dengan komunitas bisnis ini. Bisnis kaum duafa, yang bisa dijalankan oleh siapa saja, dari kalangan mana saja. Tidak membedakan status sosial, ekonomi dan politik, semuanya bisa dan boleh, Indonesia Berjamaah.

VSI bergerak dalam: Bidang Jasa Transaksi, Mempermudah Pemenuhan Kebutuhan Primer Sendiri (Litrik dan Pulsa) dan Membangun Jaringan Bisnis.

Memindahkan transaksi V-Pay anda ke VSI, selain akan menerima cashback, sama juga dengan ikut berjamaah untuk mengembalikan kedaulatan ekonomi kepada rakyat Indonesia. Kita bisa berbagi, bersedekah, berdakwah secara berjamaah. 

VSI merupakan langkah kecil untuk mengambil Indonesia kembali dari tangan bangsa asing, dengan berjamaah mengumpulkan uang recehan, yang akumulasi jamaahnya, minimal 10juta orang. Semoga Allah meridhoi niat mulia setiap anggota jamaah VSI, Insya Allah, Aamiin. 
Wallahu'alam Bissowab.

Untuk yang ingin mengetahui VSI secara lengkap, silahkan mengunjungi situs resminya di: www.klikvsi.com. Di dalam situs juga ada agenda sosialisasi, sehingga kawan-kawan bisa mendengarkan secara live, di tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal kawan-kawan. 

Selamat bergabung! Tetap semangat! #SalamSuksesMulia

Tangerang, 18 Pebruari 2014


DOA YANG SAMA, DOA YANG NYATA

Ini tentang menit-menit terakhirku, di masa akhir kepemimpinanku pada salah satu serikat pekerja di Indonesia

H-1 menjelang kongres aku menulis status dalam akun facebookku, dalam sebentuk doa "Bismillahirrohmannirrohiim, hanya dengan nama Mu Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, kehidupan manusia bisa berjalan dengaan baik dan benar. Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi sesama adalah kehendak Mu ya Rabb, jika hal itu tidak kudapatkan lagi dalam rumah ini, maka inilah kehendak Mu yang terbaik dan terbenar. Hindarkan aku dari seluruh kejadian yang membawa mudharat dan sia-sia, bagi diriku dan bagi sesama. Tidak ada penolong yang lebih baik selain dari Mu ya Robb. Aku pasrahkan seluruh urusan hidup dunia akhiratku, hanya pada Mu, tidak kepada apa pun dan tidak kepada siapa pun. Aamiin, Ya Robbal'alamiin #kongress"

Tanggal 5 Januari 2014 pukul 08.00 pagi aku tiba di Marbella Hotel untuk mengikuti acara Kongres Serikat Pekerja. Setelah bertegur sapa dengan beberapa kawan Jawa Timur yang baru tiba, dan menyapa beberapa panitia yang sedang sarapan, aku langsung masuk ke sebuah kamar untuk numpang mandi. Maklum aku nyubuh dari rumah, gak pake mandi dulu hehehe.

Di kamar aku ngobrol dengan kawan seperguruan; melihat dia menangis, entah karena apa? mestinya dia sebagai orang Thinking extropert (Te) tidak harus secengeng itu. Sambil menghibur aku ngomong asal "silahkan Ci menangis sekarang, daripada nanti ketika terjadi apa-apa denganku kamu menangis, malu kan dilihat orang banyak" masih dengan berurai air mata dia tertawa, sambil menyahut seperti biasanya "iya bu" hehehe, ada-ada aja Ci.

Sedang asik mengobrol abahku telphon, kuterima Assalamu'alaikum abah "Alaikumsallam" jawab abah "udah sampe Anyer?" tanya abahku, udah bah, jawabku. "Kamu tetep maju jadi calon ketua umum di kongres itu?" Insya Allah bah, saya tetep maju untuk menghormati perjuangan kawan-kawan perempuan saya, "ya udah doanya gini aja, jika menjadi ketua itu bakal mendatangkan kemaslahatan dan manfaat bagi kehidupan kamu, keluarga dan masyarakat buruh, maka jadilah kamu, tetapi jika itu tidak membawa kemaslahatan apapun dan bagi siapapun, maka kamu akan dijauhkan dari urusan itu" Aamiin jawabku, mengamini do'a abahku.

Acara demi acara aku ikuti, hingga akhirnya pemilihan Ketua Umum dilakukan. Pendukung aku istiqomah, persis sebanyak yang mencalonkanku; cukup enam orang saja, karena aku juga istiqomah setia kepada jumlah pendukungku, tidak kampanye, tidak membujuk siapapun, apa lagi menyuap siapapun untuk memilihku, bhahahahahaha *ke-pedean

Aku merasa harus melakukan uji coba kepada buruh perempuan yang menjadi delegasi kongres, apakah mereka punya keberanian untuk independent, memilih pemimpin perempuan sebagai strategi penting untuk memajukan dan memperjuangkan hak-hak mereka sendiri ? atau sudah cukup dengan menjadi pengikut, yang jinak dan manis saja, dari kehendak kaum yang lainnya ?

Nyatanya doa abahkusama persis dengan status facebookku yang aku tulis subuh-subuh. Dan kenyataannya sama dengan keputusan hari itu, bahwa namaku tidak ada lagi dalam jajaran kabinet kepemimpinan baru hasil kongres, untuk 5 tahun ke depan. Sahabat-sahabat seperguruanku dan beberapa perempuan nangis bombay rame-rame. Bahkan hingga tulisan ini aku buat, cerita ketakjuban kawan-kawanku dari Jawa Tengah dan beberapa daerah lain, tentang kenapa aku tidak masuk dalam kabinet kepemimpinan lagi masih rame diperbincangkan. Alhamdulillah, terima kasih ya Robb aku tidak kehilangan cinta sahabat-sahabatku, meskipun begitu banyaknya kehilafan kuperbuat kepada mereka selama 5 tahun terakhir ada di tengah-tengah mereka.

Sahabatku, kemenangan itu bukan hanya tahta dan mahkota. Kemenangan itu bisa juga kekalahan meraih suara, tetapi kita terhindar dari hari-hari yang masih rahasia, yang bisa jadi lebih baik aku hindari dari sejak hari ini. Kemenangan bagiku, bisa jadi ketakjuban kalian tentang ketidakhadiranku, di rumah kita, dan kecintaan serta doa yang tidak kalian putuskan kepadaku. 

Sahabatku, lihatlah Sang Khaliq begitu banyak merahasiakan Hikmah dari mata kepala kita, tetapi Dia menerangkannya kepada mata bathin kita. Maka jangan menghindari Nya, mari kita gunakan mata bathin kita untuk melihat keagungan Nya, agar kita tidak lupa diri.

Sahabatku terima kasih selama 15 tahun sudah mendukung aku dalam menjalankan tugas, hingga aku menjadi kuat berada di tengah-tengah kalian. Hidupku terasa bermakna memiliki sahabat-sahabat seperti kalian, karena dalam setiap pertemuan kita, dalam setiap percakapan kita, kalian selalu memberikan pencerahan kepadaku, tentang makna kehidupan. Betapa berharganya waktu-waktu yang aku lewati bersama kalian.

Sahabatku, kita songsong masa depan yang lebih baik dengan optimis dan penuh semangat. Tidak akan ada perubahan, jika kita tidak melakukannya sendiri. Berjuanglah terus, jangan pernah lelah! Aku tetap bersama dalam gelora semangat kalian. Jauh di lubuk sanubari, kusimpan seluruh rasa cinta dan persahabatan kita yang kita bangun selama ini.

Jadilah perempuan-perempuan tangguh yang mandiri dan tidak kenal menyerah! 

Salam pembebasan!!

Tangerang, 8 Januari 2014

"untuk semua sahabat muda, perempuan-perempuan SPN se-Indonesia"

APA GUNANYA KONGRES BU?!



Apa sih bu gunanya kongres untuk anggota yang paling bawah? Pertanyaan aneh dan menggelitik, sekaligus memperihatinkan. Ternyata anggota itu belum mengenal secara utuh organisasinya, pantas saja kalau selama ini selalu menjadi bulan-bulanan kebohongan "oknum". Sayang……….


Dalam organisasi, semua tindakan dan perbuatan dalam upaya pembelaan dan perlindungan anggota harus diputuskan dalam rapat-rapat organisasi, demikian diatur dalam AD/ART organisasi.



Rakor (Rapat Koordinasi Organisasi)

Untuk menyikapi hal-hal yang berkembang dan diperkirakan akan membahayakan anggota, sekurang-kurangnya harus dirapatkan per-tiga bulan sekali, dalam keadaan darurat bisa dilakukan rapat sesering yang dibutuhkan. Semua hal yang diputuskan dalam rapat harus disampaikan kepada seluruh perangkat di atasnya dan atau di bawahnya. Termasuk keputusan untuk melakukan mogok kerja atau aksi unjuk rasa, jika dalam melakukan pembelaan dan perlindungan terhadap anggota tindakan itu yang dibutuhkan. Rapat ini kalau di PSP dilakukan oleh pengurus dan dihadiri oleh para PA.  Kalau di Kabupaten/Kota dilakukan oleh pengurus DPC dihadiri oleh para pengurus PSP di daerah yang bersangkutan. Di propinsi dilakukan oleh DPD dan dihadiri oleh pengurus DPC se-propinsi yang bersangkutan.


Kenapa harus disampaikan? Karena itulah system komunikasi formalnya organisasi, melalui surat menyurat. Pentingnya agar semua perangkat bisa saling berkoordinasi, dalam upaya memberikan pembelaan sesuai dengan proporsinya.


Proporsi PSP melakukan pembelaan berhadapan langsung dengan pengusaha, proporsi DPC melakukan pembelaan mendampingi PSP berhadapan dengan mengusaha, mengajukan tuntutan untuk intervensi kepada pemerintah melalui dinas tenagakerja setempat. Proporsi DPD melakukan pembelaan melalui koordinasinya dengan dinas tenagakerja propinsi untuk melalukan intervensi melalui kebijakan wilayah propinsi. 

Proporsi DPP melakukan koordinasi dengan kantor menteri tenagakerja RI untuk melakukan intervensi melalui kebijakan pusat agar memerintahkan disnaker propinsi dan kabupaten/kota melakukan tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha terhadap anggota SPN di perusahaan yang bersangkutan. Dalam kasus PHK massal, biasanya organisasi membuat tim pembelaan terpadu yang melibatkan seluruh perangkat. Selama ini sepanjang prosedurnya berjalan, hal ini dilaksanakan oleh organisasi.


Raker (Rapat Kerja Organisasi)

Dilakukan setiap satu tahun sekali, tujuannya untuk meng-evaluasi kerja pengurus selama satu tahun, baik kegiatan-kegiatannya maupun pengeluaran dana organisasi yang dikelola dari iuran anggota. Dalam Rapat Kerja ini juga, disusun program kerja, dan dibuat juga Rencana Pendapatan dan Belanja Organisasi untuk satu tahun kedepan.


Rapat ini kalau di pabrik namanya Rakerta, dilaksanakan oleh PSP dihadiri oleh para perwakilan anggota dari setiap bagian (line) di dalam pabrik. Kalau di kota/kabupaten namanya Rakercab, yang melaksanakan DPC dihadiri oleh para pengurus PSP, bisa juga perwakilan anggota.  Di tingkat propinsi namanya Rakerda, dilaksanakan oleh DPD dihadiri oleh para pengurus DPC dan perwakilan dari PSP se-wilayah propinsi. Sedangkat di tingkat pusat namanya Rakernas, dilaksanakan oleh DPP dihadiri oleh para pimpinan DPD dan DPC, bisa juga perwakilan anggota dari tingkat PSP.


Kongres

Dilakukan pada akhir periode kepengurusan. Untuk melaksanakannya perlu dibentuk panitia khusus, yaitu panitia kongres. Kalau di tingkat nasional panitianya dibentuk pada acara Rakernas/Majenas terakhir dan disahkan dengan SK pimpinan DPP. 

Agenda Kongres: pertama menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengurus dalam satu periode kepemimpinan, kedua: menyusun program kerja, RAPBO dan Rekomendasi yang harus dilaksanakan oleh pimpinan satu periode mendatang. Ketiga: memilih Ketua Umum/Ketua DPD/Ketua DPC/Ketua PSP SPN yang baru untuk satu periode kedepan.


Kalau di tingkat pabrik namanya Konferta (Konferensi Anggota), Ketua baru dipilih oleh seluruh anggota, Konfertanya dihadiri oleh pengurus PSP dan seluruh Perwakilan Anggota (PA), Ketua dan sekretaris DPC hadir sebagai Narasumber dan melakukan penyumpahan dan pelantikan pada ketua terpilih dan pengurus baru, untuk satu periode mendatang.


Di tingkat Kabupaten/Kota namanya Konfercab (Konferensi Cabang), ketua cabang baru dipilih oleh delegasi yang hadir dari seluruh PSP, yang jumlahnya ditentukan oleh jumlah anggota di pabriknya masing-masing. Ketua dan sekretaris DPD hadir sebagai Narasumber dan pengambil sumpah serta janji ketua dan pengurus DPC baru untuk satu periode mendatang.


Di tingkat Propinsi namanya Konferda (Konferensi Daerah), ketua baru di tingkat propinsi dipilih oleh delegasi dari DPC dan PSP yang berada di wilayah propinsi yang bersangkutan, jumlahnya sesuai dengan jumlah anggota di PSP dan DPC sebagaimana diatur dalam AD/ART. Ketua dan sekretaris DPP hadir sebagai Narasumber dan pengambil sumpah serta janji ketua dan pengurus baru untuk satu periode mendatang.


Di tingkat pusat namanya Kongres, proses pemilihan ketua baru melalui rapat koordinasi anggota di tingkat PSP, diseleksi dalam rapat koordinasi cabang di DPC, ditetapkan dalam rapat koordinasi daerah, selanjutnya disampaikan kepada panitia SC sebagai Bakal Calon Ketua Umum. Panitia SC akan melalukan seleksi administrative (sesuai ketentuan AD/ART) selanjutnya panitia SC akan menetapkan dan mengumumkan kepada halayak, sebagai calon ketua umum yang akan maju dalam pemilihan pada kongres yang akan dilaksanakan.


Pertanyaannya balik ke atas, apakah gunanya kongres untuk anggota di tingkat bawah? Tergantung bagaimana anda mendapatkan informasi tentang kongres ini, tergantung bagaimana anda mau menggunakan forum ini, sebagai sebuah strategi untuk melakukan perjuangan, melakukan perubahan terhadap kondisi kerja anggota di dalam pabrik. Bukankah anda selalu menanyakan apa peranannya perangkat organisasi untuk memperjuangkan nasib anggota?


Mungkin perubahan strategi bisa dilakukan mulai dari memilih pemimpin baru, meletakan perioritas-perioritas persoalan dalam program kerja dan rekomendasi organisasi hasil kongres. Merencanakan pendapatan dan belanja organisasi dengan lebih cermat, sebesar-besarnya berorientasi untuk dana perjuangan organisasi, dalam rangka meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan anggota.


Silahkan suara dan aspirasi anda dititipkan pada delegasi yang anda utus dari tempat kerja anda.


Salam perjuangan!! Dalam satu hati, satu tekad dan satu tujuan! #Kongres