Oleh : Dinda Prameswari
Menyeruak rasa haru
Gemetar pensil jelekku menggores di lembar terakhir
Menahan tangis yang nyaris menggulir.
Gemetar pensil jelekku menggores di lembar terakhir
Menahan tangis yang nyaris menggulir.
Masih kuingat kecewaku mendalam
Indahnya ukiran semangatku terhina
Tercampak dan kepala terinjak
Dari panggung kecil megah
Yang membesarkan namaku (sekejap)
Karna ego dan kepicikan
Tetua tanpa pikiran.
Indahnya ukiran semangatku terhina
Tercampak dan kepala terinjak
Dari panggung kecil megah
Yang membesarkan namaku (sekejap)
Karna ego dan kepicikan
Tetua tanpa pikiran.
Pelan dalam hitungan hari …
Kubangun piramida diri
Pelan … pelan …
Satu demi satu
Tanpa lirikan
Tanpa dukungan dan tepuk tangan.
Kubangun piramida diri
Pelan … pelan …
Satu demi satu
Tanpa lirikan
Tanpa dukungan dan tepuk tangan.
Hingga di satu titik
Pijar cerah berpendar
Dan gelombang cintaku merebak
Merangkul semampunya
Memintal jaring laba-laba dari titik nol
Titik gilaku.
Pijar cerah berpendar
Dan gelombang cintaku merebak
Merangkul semampunya
Memintal jaring laba-laba dari titik nol
Titik gilaku.
Langkah lari berkejaran
Riuh gemuruh menyeruduk
Seperti ribuan banteng gila
Memompa semangat
Memancarkan aliran darah
Mendidih dan menggila!!
Riuh gemuruh menyeruduk
Seperti ribuan banteng gila
Memompa semangat
Memancarkan aliran darah
Mendidih dan menggila!!
Aku … mendengar degup jantung
berpacu
Semangat menggebu
Kemajuan pesat menjangkar
Masing-masing jalin-menjalin
Pintal-memintal satu sama lain
Belajar-mengajari
Bercermin dan memantulkan
Semangat menggebu
Kemajuan pesat menjangkar
Masing-masing jalin-menjalin
Pintal-memintal satu sama lain
Belajar-mengajari
Bercermin dan memantulkan
Dan aku duduk diam di sini melihat
Tersenyum dalam buraian air mata
yang nyaris tak terbendung
dan sebuah tanya kecil …
“Siapa aku hingga Kau karuniai kekuatan
Menggerakkan mereka dengan tangan-tangan tak kelihatan?”
Maka terngiang sebuah kata
Bulat tanpa syarat
CINTA
Tersenyum dalam buraian air mata
yang nyaris tak terbendung
dan sebuah tanya kecil …
“Siapa aku hingga Kau karuniai kekuatan
Menggerakkan mereka dengan tangan-tangan tak kelihatan?”
Maka terngiang sebuah kata
Bulat tanpa syarat
CINTA
Jogja, Februari 2015
Edisi
khusus. Coretan kasar yang kubuat untuk antologi Puisi Kilauan Permata Jiwa,
sebagai puisi terakhir di buku itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar