TAKUT KEPADA DIRI SENDIRI
Pagi
ini aku berniat banget tidak akan tidur ba’da subuh, karena ingin tiba di
kantor lebih pagi. Agar ketika memutuskan untuk pulang siang-siang lagi,
menjadi tidak jengah sendiri, merasa tidak culun, merasa tidak bersalah, merasa
tidak dipentelengi mata-mata pekerja lain. Mereka yang bertahan dari lapar dan
dahaga, dan tetap ada di tempat-tempat kerjanya sampai usai waktu kerja,
mungkin pukul 15.00, pukul 16.00, pukul 17.00, bahkan ada yang sampai berbuka
puasa di tempat kerja.
Alasanku
yang kedua, agar tidak terjebak macet di jalan. Biasanya kalau berangkat
pagi-pagi, jalan Tangerang – Jakarta tidak begitu macet, jadi aku bisa lebih
nyaman berangkat kerja. Kesibukan yang sering aku lakukan selama dalam
perjalanan, memeriksa e-mail, twitter dan facebook, kadang-kadang chating di YM
(bukan nama ustadz ya hehehe). Dan selebihnya membaca buku, menurutku membaca
buku di perjalanan itu sangat mengasyikan. Bisa mengusir capek atau bosan
ketika macet, bisa mensugesti diri, perjalanan terasa lebih cepat sampai tujuan. Bahkan saking asyiknya aku
sering kebablasan melewati tempat pemberhentian bis, di mana seharusnya aku
turun hehehehehe (mengalami lebih dari 3 kali)
Dalam
perjalanan pagi ini, kira-kira 2 km perjalanan dari halte tempat aku naik bis,
secara tiba-tiba saja aku ingin masuk YM ku, siapa tau saja pagi ini ada teman
yang asyik untuk diajak chating, dan sedang online tentunya. Chating ku biasanya
hanya sekedar menanyakan kabar, saling ngledek, dan diskusi ringan sebagai
penyemangat pagi gitu deh hehehe. Ups! Nih ada satu kawan online, meski kawan
ini tinggalnya ribuan kilometer di bagian timur wilayah jawa, tapi melalui YM
aku bisa melihat fotonya, lengkap dengan senyum manisnya. Tidak menunggu lama
kutegur dia dengan ucapan hangat selamat pagi
Aku:
“sugeng enjing pak HRD ? dengan diselipi senyum” sapa candaku padanya
Temanku:
“sugeng enjing juga mbak, gimana punya kabar?”
Aku:
“kabar baik, bagaimana kabar kawan-kawan di bagian timur?”
Temanku:
“baik mbak, meski ada gesekan di dalam organisasi sudah menjadi hal yang biasa”
Aku:
“bergesekan, sepanjang dengan cara yang sehat tidak apa-apa mas. Karena pasti
dinamikanya menuju perubahan yang lebih baik. Tapi kalau gesekannya tidak
sehat, dinamikanya pasti menuju kemunduran bukan?” jangan berjalan mundur,
entar masuk jurang, karena mata kita letaknya di bagian depan kepala kita
bukan?” hehehehe, godaku
Temanku:
“bener juga, tapi sebenarnya memang susah mencari pemimpin yang amanah, semua
sarat dengan kepentingan, baik kepentingan pribadi maupun golongan……”
Aku:
“pasti susah kalau mencari, dan ternyata lebih susah lagi kalau kita menjadikan
diri kita pemimpin yang serupa itu. Karena tantangannya ada dalam hati dan
kepala kita sendiri. Tapi kita harus memilih menjadikan diri seperti itu, paling tidak resikonya tidak harus
mengorbankan orang lain bukan? disisipi senyum ” Mengkoten sanes pak?
Temanku:
“………………………….. hilang tidak merespon lagi, kemana ya? Pada pukul 11.09, ketika
aku sudah mulai menulis cerita ini, baru dia sambung lagi “ya mbak terima kasih,
mohon maaf tadi di perjalanan”
Aku:
“sama-sama mas, aku juga dalam perjalanan. Salam untuk kawan-kawan ya” diberi
senyum”
Ini
bukan baru pertama kali kualami, teman chating ku akan menghilang, dan diskusi
senyap seketika, kalau aku sudah mulai serius mengajak lawan chating untuk
membicarakan diri kita sendiri saja, membicarakan tentang harapan dan impian
untuk mendapatkan kenyamanan dari diri kita sendiri saja. Membicarakan tentang
kekurangan diri kita sendiri saja, sekaligus membicarakan seluruh kelebihan dan
potensi luar biasa yang kita miliki saja.
Menurutku membicarakan itu semua menjadi bagian yang paling penting,
dalam upaya mewujudkan keinginan-keinginan baik kita, impian-impian masa depan
kita. Penting untuk mewujudkan visi kepemimpinan kita 5 tahun, 10 tahun atau
berpuluh-puluh tahun kedepan.
Ternyata
tidak banyak kawan yang mau diajak serius untuk melakukan refleksi diri. Begitu
menakutkannya kah untuk membedah ketidakberesan yang ada dalam diri sendiri? Atau
memang lebih menyenangkan menggaruk-garuk koreng orang lain? Lalu apa akan
menjadi sembuh koreng kita, dengan cara menggaruk-garuk koreng orang lain? Bukankah
itu hal yang tidak akan merubah kita menjadi lebih baik?
Kata
orang bijak, kalau kita ingin melakukan perubahan (Move-ON) dalam diri dan
kehidupan kita, hal pertama yang
harus dilakukan adalah menginventarisir seluruh kekurangan yang kita punya dan
seluruh kelebihan atau potensi yang kita punya juga (mapping). Kedua, tentukan apa yang ingin kita
ubah atau kita wujudkan 5 tahun kedepan (kerennya Visi-ON)? Keinginan yang
jelas, yang realistis, sesuai dengan kebutuhan jamannya. Itu menjadi bagian penting yang harus
diletakan di hadapan kita bukan? Visi
merupakan pedoman atau kompas ke mana arah yang akan kita tuju selama 5 tahun
kehidupan kita? Tanpa kompas, kita akan kehilangan arah, akan sering menghadapi
ketidakpastian. Kalau sudah begitu kita akan menghadapi berbagai macam konflik
dalam diri kita sendiri, bahkan konflik dengan orang lain.
Hal
penting ketiga, adalah tindakan (Acti-ON), karena seindah apapun impian kita, kalau tidak
melakukan tindakan apa-apa untuk
mewujudkannya, tidak aka nada juga yang
berubah menjadi lebih baik, dalam kehidupan kita. Penting menentukan langkah-langkah atau
tindakan-tindakan apa saja, yang harus dilakukan untuk dapat mewujudkan impian
(visi) kita. Tidak ada sesuatu impian yang dapat kita raih secara instan,
semuanya butuh proses, maka nikmati prosesnya. Tahap demi tahap, rencanakan
secara rinci, apa tindakannya, bagaimana cara melakukannya, apa saja yang
dibutuhkan untuk melakukan tindakan tersebut? Pastikan dengan tepat, bahkan
tindakan-tindakannya sesuai dengan impian (visi) yang ingin kita capai.
Seorang
anak yang memiliki impian menjadi juara renang nasional, tetapi tindakan
(action) yang diambilnya latihan sepak bola. Apakah pada 10 tahun kedepan anak ini
benar-benar akan jadi juara renang nasional? Atau malah jadi juara sepak bola? Atau bahkan
dia tidak akan jadi dua-duanya hehehehe. Karena dia sudah berhianat pada
cita-citanya sendiri bukan?
Hal penting yang keempat, minat dan bakat apa yang kita miliki untuk mewujudkan
impian (visi-ON) kita. Yang bahasa kerennya Passi-ON, bisa diartikan
sebuah perasaan atau emosi terhadap suatu hal yang membuat seseorang
sangat berantusias dalam melakukannya. Ini adalah hal penting yang harus kita
miliki dalam mewujudkan impian kita. Perlu memeriksa diri berulang-ulang apakah
passi-ON yang kita milki saat ini? Sudah
sesuaikah dengan impian yang ingin kita wujudkan? Kalau tidak sesuai, apa yang
harus dilakukan? Kalau ternyata kita tidak memiliki passi-ON, apa pula yang
harus kita kerjakan?
Coba luangkan waktu untuk merenung, memeriksa
seluruh perkakas hidup yang sudah diberikan Tuhan kepada kita, periksa satu
persatu, dengan teliti. Hups! Sudah
ketemu bakat dan minatnya bukan? Asah dia untuk menjadi tajam, dengan sekolah, kursus dan berlatih terus menerus. Kamu pasti
bisaaaa!!! Teriakan kalimat itu pada diri sendiri “kamu pasti bisaaa!!!!!!”
Hal penting, kelima
collaborati-ON (bekerja sama). Sudah
menjadi fitrah, setiap orang tidak bisa hidup sendiri, kita memiliki saling
ketergantungan dengan orang lain, bahkan dengan mahluk lain. Demikian pun dalam
mewujudkan impian kita, kita butuh bekerja sama dengan orang lain, bekerja sama
yang saling memberi manfaat satu sama lain. Setiap orang bisa berbagi
pengalaman, pengetahuan, keahlian, cinta dan kasih sayang satu sama lain.
Saling melengkapi dalam mencapai impian masing-masing, sekalipun memiliki
impian yang berbeda.
Contohnya, seorang pedagang soto ayam, untuk meningkatkan
omset penjualannya, bisa berkolaborasi dengan pedagang ayam, untuk mendapatkan
daging ayam pilihan. Dengan pedagang beras, dengan pedagang sayuran, dan
lain-lain. Berkolaborasi adalah, bicara kepentingan bersama, bicara keuntungan
bersama, bicara manfaat bersama, bukan bicara aku, kamu saja. Tetapi bicara
kita semua. Inilah inti daripada kesuksesan dalam meraih impian semua orang.
Nah lengkap bukan mas ?” penting kita membahas
ini semua, untuk mewujudkan impian memiliki pemimpin yang “amanah” sekalipun.
Membahas diri kita secara terbuka untuk menemukan kekurang, kelebihan dan
potensi diri kita. Tidak perlu sungkan-sungkan untuk mengakui kekurangan diri,
dan kelebihan orang lain. Kita harus punya keberanian melakukan perlawanan
terhadap diri sendiri, yang suka tidak fair, tidak mau mengakui kekurangan
diri, tidak bisa menerima dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu. Egoist,
arogan, gila kekuasaan, selalu menyalahkan orang lain untuk kegagalan yang kita
alami. Lebih suka menuding kekuarang orang lain, untuk menutupi kekurangan diri
sendiri.
Mari lakukan sekarang, jangan takut kepada
bayangan sendiri, selamatkan diri kita dan kawan kita juga dari ketakutan yang
kita pelihara, kita besarkan, dan kita pupuk terus menerus. Hingga menjadi
kesombongan yang sulit ditaklukan, walau kita sadar bahwa itu bisa melukai
orang lain, bahkan diri kita sendiri.
Inilah pengalaman chating pagi ku, sepanjang
perjalanan Tangerang – Jakarta, untuk melakoni sebuah kesetiaan, yang mungkin
sangat tidak ada yang membutuhkan. Semoga menjadi pengingat, khususnya bagi
diriku sendiri
Selamat berjuang menaklukan diri sendiri kawan! Sukses
selalu ………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar